Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Prospek & Saham-saham BUMN Pilihan saat Aliran Dividen Mengalir Deras

Beberapa saham BUMN berpeluang untuk rebound berkat guyuran dividen tahun buku 2023.
IDXBUMN20 terkoreksi 7,39% secara year-to-date (YtD). Meski begitu, beberapa emiten BUMN berpeluang untuk rebound berkat guyuran dividen tahun buku 2023. Bisnis/Himawan L Nugraha
IDXBUMN20 terkoreksi 7,39% secara year-to-date (YtD). Meski begitu, beberapa emiten BUMN berpeluang untuk rebound berkat guyuran dividen tahun buku 2023. Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA —  Memasuki minggu ke-2 Mei, saham-saham BUMN masih belum mampu menunjukan tajinya, hal ini terlihat dari terkoreksinya indeks IDXBUMN20 sebesar 7,39% secara year-to-date (YtD). Meski begitu, beberapa emiten BUMN berpeluang untuk rebound berkat guyuran dividen tahun buku 2023.

Berdasarkan data yang dihimpun Bisnis, sebanyak 11 dari 20 konstituen indeks BUMN 20 memutuskan untuk membagi dividen dari laba bersih 2023. Adapun lima emiten belum menggelar RUPS Tahunan, sedangkan sisanya tidak menebar dividen.

Toto Pranoto, Associate Director BUMN Research Group Lembaga Management Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Indonesia (UI), mengatakan dividen yang dibagikan emiten BUMN memberikan sinyal bahwa kinerja pelat merah masih di jalur positif.

“Pembagian dividen jumbo BUMN bisa menjadi langkah untuk memberikan sinyal positif kepada market bahwa kinerja perusahaan pelat merah masih dalam performa prima,” kata Toto dikutip Senin (13/5/2024).

Menurutnya, emiten Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) yakni BBRI, BMRI, BBNI, BBTN masih akan memainkan peran penting di dalam indeks BUMN 20. Ini mengingat Himbara memiliki bobot hampir 60% dari indeks.

Di sisi lain, beberapa sektor akan menjadi pemberat indeks saham BUMN. Sebut saja sektor BUMN Karya dan perusahaan pelat merah penghasil komoditas mineral dan batu bara, yang mengalami tren menurun akibat moderasi harga komoditas.

“Sepanjang 2024, dengan situasi eksternal atau global yang kurang kondusif, kinerja emiten BUMN memang akan cukup terpengaruh negatif,” kata Toto.

Meski demikian, dia menyatakan kinerja BUMN di sektor perbankan, mineral dan batu bara, energi, hingga telekomunikasi masih memiliki prospek cerah pada tahun ini. Namun, hal tersebut tidak berlaku untuk sektor infrastruktur.

“Di sektor infrastruktur masih kusut. Mereka harus segera bereskan pekerjaan rumah besar yakni restrukturisasi secara fundamental. Sektor pupuk juga masih akan melambat akibat pasokan raw material yang terganggu akibat perang,” pungkasnya.

Selain soal dividen dan kondisi geopolitik global, fenomena sell in may juga mendapat sorotan dari analis.

Apalagi, berrdasarkan siklus pasar saham selama tiga tahun terakhir, kinerja indeks pada Mei selalu mengalami koreksi. Mei tahun lalu, misalnya, melemah 4,08% lalu pada Mei 2022 turun 1,11%, dan pada 2021 terkoreksi 0,8%.

Pengamat Pasar Modal & Founder WH-Project, William Hartanto, mengatakan saham BUMN masih memiliki potensi rebound. Namun, saham pelat merah juga berpeluang melemah terbatas akibat tren yang cenderung turun.

“Sell in may sendiri terlihat sudah berjalan dan efeknya paling terasa di sektor perbankan saja,” ujar William.

Dia menuturkan fenomena sell in may bisa saja berlanjut, tetapi dengan dampak yang tidak terlampau signifikan. Hal ini terlihat dari kondisi IHSG yang terus bertahan di atas level 7.000, meski tekanan jual cukup besar. 

Menurutnya, beberapa saham BUMN yang memiliki peluang rebound dengan tren yang masih terus meningkat adalah PT Jasa Marga (Persero) Tbk. (JSMR), PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS), dan PT Pertamina Geothermal Energy Tbk. (PGEO). 

“Jadi, ketiga saham ini direkomendasikan beli, sedangkan untuk PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM) dan PT Bukit Asam Tbk. (PTBA direkomendasikan wait and see,” ujarnya.

Di tengah kondisi tersebut, William juga berpendapat, gelontoran dividen tahun buku 2023 dari emiten BUMN diperkirakan dapat menjadi katalis positif yang mendorong kinerja indeks ke depan.

PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM)
PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM)

Daftar Emiten Pembagi Dividen

Berdasarkan data yang dihimpun Bisnis, Jumat (10/5/2024) sebanyak 11 dari 20 konstituen indeks BUMN 20 memutuskan untuk menebar dividen dari laba bersih tahun buku 2023. 

Dari jumlah tersebut, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) secara konsisten memosisikan namanya sebagai emiten paling royal kepada pemegang saham.

BBRI menetapkan pembagian dividen Rp35,43 triliun atau setara Rp235 per saham dalam RUPST yang digelar pada 1 Maret 2024. Dividen ini telah dibayarkan kepada pemegang saham pada 28 Maret 2024.

Di posisi berikutnya ada PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) yang menebar dividen Rp33,03 triliun atau setara Rp353,95. Jumlah itu setara 60% dari laba bersih 2023. 

Di sisi lain, terbaru ada PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM) yang menyetujui pembagian dividen senilai Rp3,07 triliun atau Rp128 per saham dalam RUPST yang digelar Rabu (8/5/2024). Nilai tersebut mencerminkan dividend payout ratio sebesar 100%.

Dengan mengasumsikan harga saham di level Rp1.535 per lembar sampai dengan penutupan perdagangan 8 Mei 2024, maka dividen yield ANTM tercatat sebesar 8,3%.

Direktur Pengembangan Usaha ANTM I Dewa Wirantaya menjelaskan rasio pembagian dividen sebesar 100% merupakan permintaan khusus dari pemegang saham. Hal ini bertujuan memberikan nilai tambah ke pemegang saham.

“Selain itu, dividen 100% ini juga kebijakan MIND ID untuk terus mendorong ANTM berkembang dengan payout ratio 100%,” ujarnya usai RUPST di Jakarta. 

Dewa memastikan kebijakan dividen tidak akan mengganggu rencana investasi pada 2024. ANTM mengalokasikan Rp4,5 triliun untuk investasi, dengan rincian Rp1 triliun untuk eksplorasi, lalu Rp2 triliun investasi inorganik, dan sisanya investasi rutin.

Sementara itu, pemegang saham emiten batu bara yakni PT Bukit Asam Tbk. (PTBA) menyetujui pembagian dividen Rp4,57 triliun atau 75% dari laba bersih 2023 yang berjumlah Rp6,1 triliun. Adapun sisanya ditetapkan sebagai laba ditahan.  

Nilai dividen dan dividen per share (DPS) emiten BUMN:

  • BBRI: Rp35,43 triliun/DPS Rp235
  • BMRI: Rp33,03 triliun/DPS Rp353,95
  • TLKM: Rp17,68 triliun/DPS Rp178,5
  • BBNI: Rp10,45 triliun/DPS Rp280,49
  • PTBA: Rp4.57 triliun/DPS Rp397,49
  • ANTM: Rp3,07 triliun/DPS Rp128
  • BJBR: Rp1 triliun/DPS Rp95,05
  • BJTM: Rp816,69 miliar/ DPS Rp54,39
  • BBTN: Rp700,19 miliar/DPS Rp49,89
  • SMGR: Rp572 miliar/DPS Rp84,70
  • JSMR: Rp274,8 miliar/DPS Rp37,86

___________

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper