Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Saham dan Pergerakan IHSG Hari Ini Usai BI Rate Naik

Kala Bank Indonesia menaikkan suku bunga atau BI Rate, IHSG menjadi bergantung pada momentum pembagian dividen sehingga investor bisa melakukan akumulasi
Hafiyyan,Maria Elena,Pandu Gumilar
Kamis, 25 April 2024 | 07:55
Karyawan mengamati pergerakan harga saham di Profindo Sekuritas, Jakarta, Rabu (20/3/2024). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan mengamati pergerakan harga saham di Profindo Sekuritas, Jakarta, Rabu (20/3/2024). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Live Timeline

Bisnis.com, JAKARTA – Kala Bank Indonesia menaikkan suku bunga atau BI Rate, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menjadi bergantung pada momentum pembagian dividen sehingga investor bisa melakukan akumulasi di tengah penguatan yang terbatas.

Tim riset Yugen Bersinar Sekuritas menyatakan perkembangan pola gerak IHSG terlihat sedang berusaha keluar dari rentang konsolidasi wajarnya. “Setelah berada dalam tekanan pada beberapa waktu sebelumnya, di sisi lain kenaikan yang terjadi belum terlihat akan bergerak secara signifikan mengingat masih minimnya sentiment [positif],” ungkapnya, Kamis (25/4/2024).

Menurut tim dalam masa-masa pembagian dividen dari emiten seperti saat ini masih menjadi penopang pergerakan IHSG. Oleh sebab itu, momentum koreksi masih dapat dimanfaatkan investor untuk melakukan akumulasi pembelian dengan target investasi jangka menengah hingga panjang.

“Hari ini IHSG berpotensi menguat terbatas dengan rentang 7.002 sampai 7.189,” ungkap tim.

Sementara itu pada perdagangan hari ini mereka merekomendasikan beberapa saham seperti BBCA, ICBP, BMRI, dan TBIG.

IHSG pada perdagangan Rabu (24/4/2024) ditutup menguat seiring dengan dorongan sejumlah saham big cap seperti BBCA-BMRI setelah keputusan Bank Indonesia (BI) mengerek suku bunga acuan.

Bank Indonesia (BI) akhirnya menaikkan suku bunga acuan atau BI Rate di level 6,25% pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) periode 23-24 April 2024 di saat anjloknya nilai tukar rupiah.

 IHSG ditutup naik 0,90% atau 63,72 poin menjadi 7.174,53. Sepanjang sesi indeks bergerak di rentang 7.126,85-7.191,17.

Terpantau 255 saham naik, 304 saham turun, dan 220 saham stagnan. Sejumlah saham terlaris yang mendorong IHSG ialah BBCA naik 2,31%, BMRI naik 3,30%, BUMI 3,30%, AMMN 1,40%, TPIA 2,05%, BREN 9,25%, dan GOTO 4,92%.

Sementara itu, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengungkap alasan Dewan Gubernur BI menaikkan suku bunga acuan atau BI Rate di level 6,25% pada April 2024. 

"Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 23 dan 24 April 2024 memutuskan untuk menaikkan BI Rate 25 basis poin menjadi sebesar 6,25%,” ujarnya dalam konferensi pers RDG BI, Rabu (17/1/2024).

Dengan demikian, suku bunga Deposit Facility naik menjadi sebesar 5,50%, dan suku bunga Lending Facility naik menjadi 7,00%.

Perry mengatakan keputusan menaikkan suku bunga untuk memperkuat stabilitas rupiah dari kemungkinan membuturuknya risiko global serta langkah pre-emptive dan forward looking untuk memastikan inflasi tetap dalam sasaran 2,5±1% pada 2024 dan 2025

"Kebijakan makroprudensial dan sistem pembayaran tetap pro-growth untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan," jelasnya. 

Sebagaimana diketahui, BI terakhir kali menaikkan suku bunga acuan atau BI Rate, yaitu pada Oktober 2023 sebesar 25 basis poin.

Konsensus ekonom yang dihimpun Bloomberg untuk pertama kalinya sejak tahun lalu mulai terpecah. Dari 41 ekonom, 11 di antaranya memperkirakan bank sentral menaikkan BI Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 6,25%.

Dari kalangan dunia usaha, tentu sangat berharap adanya pelonggaran suku bunga acuan dalam rangka mendukung momentum pertumbuhan ekonomi, terutama di sektor riil.

Hasil survei menggarisbawahi bagaimana batasan untuk penurunan suku bunga semakin tinggi di negara-negara berkembang di Asia karena penguatan dollar AS dan guna menghindari risiko mendatangkan 'malapetaka' pada mata uang-mata uang di kawasan ini.

Tekanan ini bahkan lebih besar bagi BI, yang mandat utamanya adalah memastikan stabilitas mata uang rupiah dan sangat sensitif terhadap perubahan sentimen investor asing.


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper