Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak mengalami penurunan terbesar di kala sinyal yang bertentangan antara meningkatnya stok, ketegangan Timur Tengah, dan sanksi Amerika Serikat (AS) terhadap minyak mentah Venezuela yang aktif kembali.
Berdasarkan data Bloomberg, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) kontrak Mei 2024 menguat 0,18% atau 0,15 poin menjadi US$82,84 per barel pada pukul 14.02 WIB. Harga minyak Brent kontrak Juni 2024 juga menguat 0,17% atau 0,15 poin ke US$87,44 per barel.
Melemahnya data AS telah menutup dampak ketegangan geopolitik di Timur Tengah, di kala para pedagang menunggu respons Israel terhadap Iran. Menurut Goldman Sachs Group Inc., saat ini terdapat premi sebesar US$5 hingga US$10 per barrel yang sudah ada. Namun, tanpa eskalasi maka harga dapat terjatuh.
Sementara itu, sanksi AS juga telah menjadi fokus dengan Presiden Joe Biden yang kembali menerapkan pembatasan terhadap minyak Venezuela.
Di saat yang sama, sanksi baru terhadap minyak Iran juga termasuk sebagai bagian dari paket bantuan luar negeri yang dirilis oleh Partai Republik di DPR yang dijadwalkan untuk pemungutan suara pada akhir minggu ini.
Sementara itu, harga minyak masih lebih tinggi dibandingkan dengan awal tahun, didorong oleh pemotongan pasokan oleh anggota OPEC+ dan risiko geopolitik di Timur Tengah dan Rusia.
Baca Juga
Meskipun ada spekulasi harga minyak bisa kembali mencapai US$100 per barel, peningkatan ini telah mulai mereda dengan indikator pasar menunjukkan kondisi yang kurang ketat.
Kemudian, menurut Vandana Hari dari Vanda Insights, pasar tampaknya tidak mengantisipasi pembalasan dari Israel terhadap serangan Iran baru-baru ini.
“[Penurunan harga minyak pada pertengahan minggu ini menunjukkan] bahwa premi risiko terbaru dari ketegangan Israel-Iran yang meningkat telah terkikis,” jelasnya.