Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Impor Alat Kesehatan Tertekan Pelemahan Rupiah, Cek Strategi Prodia (PRDA)

Prodia (PRDA) menyiapkan strategi menghadapi pelemahan rupiah yang menyebabkan impor alat kesehatan tertekan.
Jajaran direksi PT Prodia Widyahusada Tbk. (PRDA) saat RUPS pada Kamis (18/4/2024). PRDA konsisten membagikan dividen dengan rasio 60% meski laba 2023 turun. /Bisnis-Rizqi Rajendra.
Jajaran direksi PT Prodia Widyahusada Tbk. (PRDA) saat RUPS pada Kamis (18/4/2024). PRDA konsisten membagikan dividen dengan rasio 60% meski laba 2023 turun. /Bisnis-Rizqi Rajendra.

Bisnis.com, JAKARTA - Emiten laboratorium kesehatan, PT Prodia Widyahusada Tbk. (PRDA) tengah menyiapkan strategi guna meminimalisir dampak pelemahan nilai tukar rupiah yang telah menembus level psikologis Rp16.000 per dolar Amerika Serikat (AS).

Pasalnya, sebagian besar alat kesehatan Prodia saat ini masih mengandalkan impor, sehingga anjloknya nilai tukar rupiah akan berdampak terhadap meningkatnya beban perseroan.

Direktur Utama Prodia Dewi Muliaty mengatakan telah berdiskusi dengan bidang operasional perseroan yang menangani logistik dan sebagainya, untuk melihat apakah akan ada dampak jangka panjang apabila situasi pelemahan rupiah ini terjadi secara berkepanjangan.

Kendati demikian, dia mengatakan Prodia menggunakan bahan baku dan peralatan kesehatan dengan sistem kontrak dalam jangka waktu 5 tahun dan volume yang cukup besar. Sehingga, menurutnya dampak pelemahan rupiah dalam jangka pendek minim untuk perseroan.

"Jadi, dengan begitu, alatnya hanya di-instalasi dan kami akan bayar dengan semacam surcharge [biaya tambahan] alatnya. Tapi itu sangat minim, karena biasanya kami akan melakukan di sekitar 5 tahun kontrak," ujar Dewi dalam paparan publik Kamis (18/4/2024).

Dia pun berharap beberapa kontrak kerja sama dengan vendor untuk impor alat kesehatan masih dalam rentang harga di bawah Rp16.000 per dolar AS. Sejauh ini, menurutnya para vendor belum ada yang mengajukan kenaikan harga.

"Saya juga sedang minta cek ya, apakah ada yang misalnya di atas range Rp16.000, nah, ini kami harus melakukan re-negosiasi. Tapi saya rasa dalam jangka pendek, setidaknya kuartal II/2024 tidak ada pengaruh," katanya.

Mengutip laporan keuangan 2023, pendapatan PRDA naik 1,87% secara year-on-year (YoY) menjadi Rp2,2 triliun pada 2023, dibandingkan periode sama tahun sebelumnya sebesar Rp2,18 triliun.

Beban pokok perseroan pun naik 5,7% secara YoY menjadi Rp903,24 miliar, dibanding periode sama 2022 sebesar Rp854,53 miliar. Beban pokok tersebut setara 40,6% dari pendapatan.

"Harga pokok penjualan [HPP] meningkat dengan pertumbuhan pendapatan pada 2023 yang menghasilkan HPP per penjualan di sekitar 40%," pungkasnya. 

Adapun, untuk mendorong pertumbuhan pendapatan pada 2024, Prodia akan mengimplementasikan strategi bisnis dengan mendorong pendekatan kepada pelanggan, baik kepada konsumen maupun antar perusahaan. 

Selain itu, PRDA juga akan mengoptimalkan layanan Prodia Anywhere Services, ekspansi layanan klinik dan outlet, serta meningkatkan kontribusi transaksi digital. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rizqi Rajendra
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper