Bisnis.com, JAKARTA - Harga emas global dan nilai tukar dolar AS kompak mencatatkan kenaikan pada perdagangan beberapa hari terakhir. Analis menyebutkan kenaikan yang tidak biasa ini terjadi karena aksi investor yang mengoleksi emas lebih awal.
Mengutip Bloomberg, pada perdagangan hari ini, Jumat (12/4/2024) pukul 13.00 WIB, harga emas global menyentuh rekornya di level US$2.400 per troy ounce.
Secara lebih rinci, emas berjangka comex terpantau naik 1,42% ke posisi US$2.406 per troy ounce, sementara itu untuk emas spot terpantau naik 0,66% ke level US$2.388 troy ounce.
Di sisi lain, indeks dolar AS melesat 0,11% ke posisi 105,175. Penguatan indeks dolar terjadi sejak Selasa, (9/4/2024) yang berada di level 103,922.
Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan secara fundamental, harusnya harga emas itu turun. Tapi kenyataannya, harga emas menguat saat dolar AS naik.
“Tetapi kenyataannya, pada saat dolar menguat, emas itu naik, berarti itu disebabkan oleh tensi geopolitik yang memanas,” jelas Ibrahim kepada Bisnis.
Baca Juga
Lebih lanjut, Ibrahim menjelaskan harga emas ditopang oleh fundamental dan tensi geopolitik. Tensi geopolitik menyumbang sentimen 70% atau lebih tinggi dibandingkan dengan fundamental yang hanya 30%.
“Dominan geopolitik. Dari dahulu yang menopang harga emas itu Timur Tengah, dan harus diingat bahwa negara Israel mempunyai reaktor nuklir cukup banyak,” jelasnya.
Senada, Analis komoditas dan pasar uang Lukman Leong menjelaskan harga emas yang membumbung naik merupakan indikasi terjadinya rush pada gold dengan aksi buying oleh investor FOMO.
“Walau memang fundamental tidak banyak berubah, harga emas masih bullish, namun kenaikan akhir-akhir ini sangat tidak sesuai,” kata Lukman kepada Bisnis, Jumat (12/4/2024).
Lebih jelas, Lukman juga mengatakan harga emas yang naik mengikuti dolar AS dan imbal hasil obligasi AS. Pada dua kesempatan terakhir, dolar AS dan imbal hasil obligasi AS menguat tajam saat rilis data NFP yang sangat kuat serta data inflasi yang juga di atas perkiraan pada hari Rabu.
Saat data NFP dirilis, emas hanya sedikit terkoreksi dan melanjutkan kenaikan ATH yang baru.
“Saya melihat kenaikan parabolic ini lebih pada faktor sentimen investor yang kuat, Investor hanya bergerak lebih awal saja, mengingat downside sangat terbatas namun upside sangat besar. Hanya masalah timing, dan sekarang menurut investor adalah waktunya,” lanjutnya.
Selain geopolitik dan data ekonomi AS, Pilpres AS mendatang juga sangat mendukung kenaikan harga emas.
Hal itu dikarenakan kedua kubu partai Republik maupun Demokrat dipastikan akan terus memainkan kartu China, sehingga ada potensi hubungan kedua negara makin memanas dan China akan semakin meningkatkan pembelian emas.
Oleh karena berbagai sentimen tersebut, Lukman bahkan memprediksi emas bisa naik hingga US$3.000 per troy ounce dalam setahun ke depan.
-------------
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.