Bisnis.com, JAKARTA - Harga emas global kembali merangkak naik menuju All Time High (ATH) di atas level US$2.370 per troy ounce terdongkrak konflik geopolitik semakin memanas serta data ekonomi AS.
Pada perdagangan pagi ini Jumat, (12/4/2024) pukul 08.00 WIB, dua jenis emas kompak naik. Emas berjangka comex terpantau naik 0,89% ke level US$2.393 per troy ounce. Sementara itu, emas spot juga menguat 0,27% ke level US$2.378 per troy ounce.
Seperti yang diketahui, emas global menyentuh ATH pada perdagangan Selasa lalu di level US$2.340 per troy ounce.
Mengutip Reuters, harga emas menguat pada hari ini terjadi setelah data harga produsen AS yang lebih rendah dari yang diharapkan meningkatkan harapan akan pemotongan suku bunga AS tahun ini, sementara kekhawatiran geopolitik yang persisten menambah kilauan logam tersebut.
Laporan Departemen Tenaga Kerja menunjukkan bahwa Indeks Harga Produsen (PPI) naik 0,2% secara bulanan pada Maret, dibandingkan dengan kenaikan 0,3% yang diharapkan oleh ekonom yang disurvei oleh Reuters.
Data PPI tercatat lebih rendah dari yang diharapkan dan ini menjaga harapan akan pemotongan suku bunga yang mungkin terjadi menjelang akhir tahun. Ekspektasi inilah yang mendongkrak harga emas kembali naik.
Baca Juga
Direktur Perdagangan Logam High Ridge Futures David Meger menjelaskan pembelian bank sentral dan ketidakpastian geopolitik terus menjadi pijakan dukungan untuk pasar emas.
Di sisi lain, data inflasi kembali membuat investor berekspektasi bahwa The Fed akan mulai memangkas suku bunga pada pertemuan akhir Juli.
Emas secara tradisional dikenal sebagai lindung nilai inflasi tetapi suku bunga yang lebih tinggi mengurangi daya tarik dari memegang emas yang tidak memberikan hasil.
Sementara itu, data pada hari Rabu menunjukkan bahwa harga konsumen AS atau inflasi meningkat lebih dari yang diharapkan pada bulan Maret.
Presiden Federal Reserve Boston, Susan Collins menjelaskan data terbaru menunjukkan bahwa mungkin diperlukan lebih banyak waktu dari yang sebelumnya dipikirkan untuk mendapatkan keyakinan lebih besar dalam lintasan penurunan inflasi, sebelum mulai melonggarkan kebijakan.