Bisnis.com, JAKARTA — PT Amman Mineral Internasional Tbk. (AMMN) menganggarkan belanja modal atau capex sebesar US$2 miliar atau setara Rp31,78 triliun sepanjang 2024 (kurs jisdor Rp15.853).
Presiden Direktur Amman Mineral Internasional Alexander Ramlie mengatakan AMMN menambahkan dua komponen baru untuk belanja modal yaitu infrastruktur pendukung dan desain ulang ekspansi pabrik konsentrator.
“Desain ulang ekspansi pabrik konsentrator ini disebabkan oleh pengetatan standar desain yang ditetapkan oleh Pemerintah Indonesia,” kata Alexander dalam keterangan resmi, Rabu (27/3/2024).
Secara lebih rinci, capex tersebut akan digunakan untuk smelter & PMR dengan belanja modal sebesar US$415 miliar, PLTGU, LNG, dan fasilitas T&D sebesar US$438 juta, ekspansi pabrik konsentrator sebesar US$530 juta, infrastruktur pendukung sebesar US$205 juta, desain ulang ekspansi pabrik konsentrator sebesar US$114 juta dan sustaining capex sebesar US$303 juta.
Sementara itu total belanja modal AMMN sepanjang 2023 adalah sebesar US$1,52 miliar. Capex tersebut naik 118% dibandingkan 2022.
Peningkatan ini terutama disebabkan oleh proyek-proyek ekspansi dengan rincian sustaining capex sebesar US$415 juta, belanja modal smelter sebesar US$386 juta, pembangkit listrik tenaga gas dan uap, fasilitas LNG, serta fasilitas transmisi dan distribusi sebesar US$158 juta dan ekspansi pabrik konsentrator sebesar US$561 juta.
Baca Juga
Sementara itu, untuk target 2024. AMMN menargetkan produksi emas sebesar 1.009 kilo ons emas dan produksi tembaga sebesar 456 juta pon. Sementara itu untuk Adjusted C1 cost tercatat sebesar US$0,35 per pon.
Selama tahun 2023, AMMN memproduksi 312 juta pon tembaga, menurun 33% dari jumlah produksi pada tahun 2022 yang mencapai 464 juta pon. Penjualan juga mengalami penurunan sebesar 33%, turun menjadi 304 juta pon dari 451 juta pon pada tahun sebelumnya.
Sementara itu, produksi emas oleh AMMN mencapai 463 kilo ons, mengalami penurunan sebesar 37% dari jumlah produksi pada tahun 2022 yang mencapai 731 kilo ons. Penjualan emas juga mengalami penurunan sebesar 35%, menjadi 455 kilo ons dari 703 kilo ons pada tahun sebelumnya.