Bisnis.com, JAKARTA – Di tengah euforia masa pemilihan umum Presiden dan Legislatif pada tahun ini, investor kerap mempertanyakan potensi perubahan kebijakan efek terpilihnya salah satu kandidat yang dapat mempengaruhi bisnis ke depan, khususnya pada emiten di pasar modal. Hal tersebut menimbulkan pertanyaan seputar bagaimana strategi yang perlu dipersiapkan oleh investor pasca Pemilu 2024.
Indeks harga saham gabungan (IHSG) berakhir di zona merah dengan melemah 0,55% ke level 7.295,1 sepanjang perdagangan pekan ini pada 19-23 Februari 2024. Kapitalisasi pasar bursa juga mengalami penurunan.
Sekretaris Perusahaan Bursa Efek Indonesia (BEI) Kautsar Primadi Nurahmad mengatakan IHSG selama sepekan ditutup melemah 0,55% ke posisi 7.295,1 dari 7.335,54 pada pekan sebelumnya. Kapitalisasi pasar Bursa juga tercatat mengalami penurunan 0,27% menjadi Rp11.572 triliun dari Rp11.603 triliun pada pekan sebelumnya.
Sementara itu, rata-rata volume transaksi harian Bursa terpantau mengalami penurunan 13,08% menjadi 15,41 miliar lembar dari 17,72 miliar lembar saham pada penutupan pekan lalu. Rata-rata nilai transaksi harian juga tercatat mengalami penurunan.
”Rata-rata nilai transaksi harian saham mengalami perubahan yaitu sebesar 26,56% menjadi Rp10,15 triliun dari Rp13,82 triliun pada sepekan yang lalu,” jelas Kautsar, dikutip Sabtu (24/2/2024).
Sementara itu, rata-rata frekuensi transaksi harian Bursa pada pekan ini juga turun sebesar 2,01% menjadi 1.268.643 kali transaksi dari 1.294.615 kali transaksi pada pekan lalu.
Baca Juga
Pada perdagangan Jumat (23/2/2024), investor asing mencatatkan nilai beli bersih (net buy) sebesar Rp1,05 triliun. Adapun sepanjang tahun 2024, investor asing mencatatkan net buy sebesar Rp21,08 triliun.
Head of Equity Research BRIDS Erindra Krisnawan menyampaikan bahwa pilpres yang berlangsung dengan baik memberikan konfirmasi atas faktor ‘Stabilitas’ Indonesia. Optimisme pasar pasca piplres, yang ditandai dengan aliran dana investor asing yang masuk, didukung oleh ekspektasi dan prospek pertumbuhan ekonomi jangka panjang yang lebih tinggi di era pemerintahan baru.
“Trend positif ini bisa berlanjut jika didukung oleh adanya indikasi pertumbuhan laba bersih yang dapat membaik di atas level sebelumnya (7-8%). Sementara itu, stabilitas makroekonomi saat ini memberikan proteksi untuk investor terhadap downside risk dari pertumbuhan,” papar Erindra di BRI Danareksa Sekuritas (BRIDS) Market Outlook 2024, 'Prospek dan Strategi Investasi Pasar Modal Pasca Pemilu di Tahun Naga 2024,' pada Jumat (23/2/2024).
Melengkapi pandangan Erindra dari sisi makro, Founder Komunitas & Investor Rivan Kurniawan menjelaskan bahwa sebenarnya tidak ada urgensi bagi Bank Indonesia untuk menaikkan tingkat suku bunga di tengah target inflasi yang terkendali. Didukung dengan fundamental yang dinilai cukup baik, di tahun 2024 ini diharapkan katalis positif kembali lagi ke Indonesia seiring dengan capital inflow.
“Selain itu, akan terdapat sektor yang diunggulkan ketika Prabowo dan Gibran terpilih menjadi Presiden dan Wakil Presiden, antara lain sektor energi dengan hilirisasinya, minyak kelapa sawit, semen, terkait dengan pembangunan Ibu Kota Negara (IKN), dan masih banyak sektor-sektor lainnya.” jelas Rivan.
Dari sisi ilmu Feng Shui, Founder Feng Shui Consulting Indonesia Yulius menjelaskan bahwa meski tahun naga kayu identik dengan kemakmuran Indonesia, perlu ada antisipasi meliputi efek perang yang masih akan memanas, suku bunga tinggi serta inflasi masih akan menjadi issue, dan adanya bencana pemanasan global dan perubahan iklim dari siklus el nino.
“Dari sisi ekonomi, recovery dunia akan lambat dan cenderung stagnan di tahun naga kayu ini. Oleh karena itu, strategi investasi 2024 adalah dengan menyesuaikan profil risiko masing-masing, hindari memaksakan diri, dan harus meningkatkan pengetahuan serta daya tahan investasi," jelas Yulius.
Direktur Utama BRIDS Laksono Widodo menyampaikan investor perlu memperkaya wawasan agar dapat membuat keputusan berinvestasi yang lebih baik dan matang pasca periode pemilihan umum. “Kami akan terus memberikan edukasi dan informasi yang dapat menjadi pertimbangan nasabah untuk mendapatkan hasil terbaik dalam berinvestasi dan mengelola keuangan di pasar modal,” urai Laksono.
Direktur Bisnis Konsumer BRI Handayani mengungkapkan memasuki kuartal I/2024, terdapat optimisme melandainya inflasi dan pemangkasan suku bunga secara global dapat menjadi sentimen positif terhadap pasar keuangan domestik terutama terhadap stabilitas nilai tukar uang rupiah.
Kendati Bank Indonesia telah menaikkan suku bunga menjadi 6% dan diproyeksikan tidak akan menaikkannya lagi, masih terdapat ketidakpastian di tahun 2024 terutama terkait dengan perkembangan ekonomi US & kebijakan moneter The Fed.
“Tentunya diperlukan panduan untuk nasabah retail dalam menentukan strategi investasi yang tepat. Dalam Market Outlook ini diharapkan nasabah diberikan gambaran menyeluruh terkait kondisi pasar keuangan,” katanya.
Direktur Retail & IT BRIDS Fifi Virgantria menyampaikan bahwa Pemilu yang damai akan memberikan dampak positif terhadap stabilitas pasar. Saat ini investor cenderung memperhatikan arah kebijakan, kemungkinan perubahan-perubahan di sisi pemerintah yang akan mempengaruhi bisnis ke depan yang tentunya akan berdampak pada kinerja emiten di pasar modal.