Bisnis.com, JAKARTA — PT Bank CIMB Niaga Tbk. (BNGA) akan melakukan pembelian kembali (buyback) saham dan melakukan pengalihan saham hasil buyback untuk pemberian remunerasi yang bersifat variabel.
Rencana buyback dan pengalihan saham hasil buyback akan diajukan dan dimintai persetujuan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) pada Rabu (3/42024).
Berdasarkan keterbukaan informasi, pembelian kembali saham akan dilakukan dalam waktu paling lama 12 bulan sejak disetujuinya pembelian kembali saham perseroan oleh RUPST.
"Adapun perkiraan biaya yang diperlukan untuk melakukan pembelian kembali saham adalah maksimal Rp500 juta, di mana biaya tersebut sudah termasuk komisi perantara pedagang efek dan biaya-biaya lainnya yang terkait dengan itu," jelas manajemen BNGA, dikutip Kamis (22/2/2024).
Kemudian, biaya tersebut akan digunakan untuk membeli kembali saham perseroan dengan jumlah maksimum 202.000 saham yang telah dikeluarkan dan disetor penuh.
Lebih lanjut, buyback saham sendiri dilakukan untuk meningkatkan kinerjanya di tengah persaingan ketat industri perbankan Indonesia.
Baca Juga
BNGA merasa perlu membuat program remunerasi yang bersifat variabel dalam bentuk saham kepada Manajemen Perseroan yang termasuk Material Risk Taker (MRT).
Hal itu sejalan dengan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) No. 45/POJK.03/2015 tentang Penerapan Tata Kelola Dalam Pemberian Remunerasi Bagi Bank Umum, guna menjaga kesehatan bank secara individual dan memitigasi adanya excessive risk taking dalam pengambilan keputusan oleh Manajemen Perseroan yang termasuk MRT.
BNGA meyakini bahwa pelaksanaan transaksi buyback saham tidak akan memberikan dampak negatif yang material terhadap kegiatan usaha, mengingat perseroan memiliki modal kerja dan arus kas yang cukup untuk melakukan pembiayaan transaksi bersamaan dengan kegiatan usahanya.
"Perseroan mencatat laba bersih per saham adalah sebesar Rp196,60,-sedangkan proforma laba bersih per saham setelah pembelian kembali saham adalah sebesar Rp196,60," tulis manajemen BNGA.
Sebagaimana diketahui, BNGA membukukan laba bersih yang diatribusikan kepada pemilik senilai Rp6,47 triliun pada 2023, tumbuh 28,41% secara tahunan (year-on-year/YoY), dibandingkan tahun sebelumnya Rp5,04 triliun.
Dari sisi intermediasi, BNGA telah menyalurkan kredit Rp213,4 triliun pada 2023, naik 8,5% YoY. Aset pun naik 9% YoY menjadi Rp334,36 triliun pada 2023.
BNGA juga telah menjaga kualitas asetnya. Tercatat, rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) gross susut dari 2,8% pada 2022 menjadi 1,96% pada 2023. NPL nett juga susut dari 0,75% ke level 0,71%.
Dari sisi pendanaan, CIMB Niaga telah membukukan dana pihak ketiga (DPK) Rp235,9 triliun pada 2023, naik 3,8% YoY. Kinerja bank juga ditopang oleh kondisi permodalan yang memadai. Tercatat, rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) BNGA naik dari 22,19% pada 2022 ke level 24,02% pada 2023. Sementara BNGA memiliki modal inti sebesar Rp45,8 triliun pada 2023.
Berdasarkan data RTI Business, harga saham BNGA sempat mencapai rekor all time high (ATH) pada level Rp2.100, dan pada akhir perdaganagan harga saham BNGA menguat 5,05% ke level Rp2.080.
Adapun, jika ditarik dalam waktu sepekan, harga saham BNGA menguat 6,94%. Bahkan, bila ditilk dalam setahun ke belakang harga saham BNGA menguat 66,40%