Bisnis.com, JAKARTA - Nilai tukar rupiah dibuka melemah ke posisi Rp15.637 per dolar AS pada awal pekan perdagangan Senin (19/1/2024). Pelemahan rupiah terjadi saat indeks dolar AS loyo pada perdagangan pagi ini.
Berdasarkan data Bloomberg, rupiah dibuka turun 0,09% atau 14 poin ke posisi Rp15.637 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar terpantau turun 0,07% ke posisi 104,124.
Sejumlah mata uang kawasan Asia lainnya bergerak bervariasi terhadap dolar AS. Yen Jepang menguat 0,13%, dolar Hong Kong naik 0,01%, dolar Singapura menguat 0,13%, won Korea naik 0,20%, rupee India menguat 0,03%, dan baht Thailand naik 0,18%.
Sementara itu mata uang yang melemah adalah ringgit Malaysia turun 0,07%, yuan China melemah 0,04%, peso Filipina melemah 0,02% dan dolar Taiwan melemah 0,03%.
Sebelumnya, Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi memproyeksikan mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup menguat direntang Rp15.590 - Rp15.650 per dolar AS pada perdagangan hari ini.
Lebih lanjut, dia menerangkan indeks manufaktur Empire State membaik menjadi -2,4 pada bulan Februari, setelah turun ke -43,7 pada bulan Januari, angka terendah sejak Mei 2020.
Baca Juga
Demikian pula, indeks manufaktur Fed Philadelphia naik menjadi 5,2 di bulan Februari, jauh di atas ekspektasi, setelah naik ke -10,6 di bulan Januari. Angka di bulan Februari adalah yang tertinggi sejak angka 7,7 yang dicapai pada bulan Agustus.
“Kemudian, Setelah pembacaan penjualan ritel pada hari Kamis, pejabat Fed masih memperingatkan agar tidak bertaruh pada penurunan suku bunga lebih awal,” kata dia dalam riset harian, dikutip Senin (19/2/2024).
Selain itu, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan neraca perdagangan Indonesia pada Januari 2024 mencatatkan surplus sebesar US$2,02 miliar selama 45 bulan berturut-turut sejak Mei 2020. Surplus neraca perdagangan ini lebih rendah US$1,27 miliar dibandingkan dengan bulan sebelumnya dan bulan yang sama pada tahun lalu.
Lebih lanjut, surplus neraca perdagangan Januari 2024 ditopang oleh surplus neraca komoditas non migas sebesar US$3,32 miliar. Disumbang oleh komoditas bahan bakar mineral, lemak dan minyak hewan/nabati, serta besi dan baja.
Adapun, neraca perdagangan untuk komoditas migas menunjukan defisit sebesar US$1,30 miliar, utamanya komoditas penyumbang defisit yaitu hasil minyak dan minyak mentah.