Bisnis.com, JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan pekan depan periode 19-23 Februari 2024 diprediksi cenderung tertekan oleh penguatan dolar AS setelah masa Pilpres 2024.
Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Jumat (16/2/2024), mata uang rupiah ditutup melemah 0,01% atau 1 poin ke posisi Rp15.523 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar AS terpantau naik 0,07% ke level 104,26.
Pengamat Pasar Keuangan Ariston Tjendra mengatakan, pengaruh ekspektasi pasar terkait masa depan kebijakan moneter AS terlihat masih besar pada pergerakan rupiah terhadap dolar AS.
"Efek pemilu satu putaran tertutupi oleh ekspektasi terhadap kebijakan The Fed ini, meskipun pemilu satu putaran memberikan sentimen positif ke pasar keuangan Indonesia yang terlihat pada pergerakan positif IHSG," ujar Ariston kepada Bisnis dikutip Minggu, (18/2/2024).
Lebih lanjut, dia mengatakan, sepanjang pekan ini data yang berkaitan dengan inflasi AS bulan Januari 2024, yaitu data CPI dan PPI dirilis lebih bagus dari prediksi yang menunjukkan bahwa inflasi AS masih sulit turun ke arah target Bank Sentral AS di 2%.
AS mencatat inflasi tahunan pada Januari 2024 di level 3,1%, atau lebih rendah dari posisi bulan sebelumnya sebesar 3,4%. Meskipun lebih rendah, angka inflasi tersebut masih di atas proyeksi konsensus sebesar 2,9%. Pada periode yang sama, inflasi inti yang tidak termasuk komponen bergejolak, seperti makanan dan energi stagnan di level 3,9%.
Hal tersebut, kata Ariston, mendorong ekspektasi pasar bahwa The Fed akan menahan suku bunga acuannya lebih lama lagi. Saat ini, suku bunga The Fed masih ditahan di kisaran 5,25%-5,5%.
"Pada awal pekan depan, mungkin dolar masih akan menguat terhadap rupiah sembari menantikan data-data AS yang baru. Pekan depan data ekonomi AS penting akan dirilis di Kamis [22/2] malam, yaitu data perumahan dan data PMI," jelasnya.
Di lain sisi, isu pelambatan ekonomi global juga masih akan memengaruhi pergerakan dolar AS yang posisinya sebagai aset aman terhadap nilai tukar lainnya. Pekan ini laporan penurunan pertumbuhan negara besar, yaitu Jepang dan Inggris, kemungkinan membantu penguatan dolar AS terhadap nilai tukar lainnya.
Dari dalam negeri, menurut Ariston, hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) pada 20-21 Februari 2024 mungkin tidak terlalu memengaruhi rupiah karena tidak akan ada perubahan kebijakan. Namun, data neraca transaksi berjalan kemungkinan bisa memberikan sentimen negatif ke rupiah bila hasilnya menunjukkan penurunan.
"Pekan depan peluang pelemahan rupiah masih terbuka meski tidak menutup adanya pembalikan arah. Potensi kisaran Rp15.500 hingga Rp15.700," pungkas Ariston.