Bisnis.com, JAKARTA -- Emiten menara afiliasi Telkom PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk. (MTEL) atau Mitratel tercatat berhasil masuk ke dalam Indeks LQ45 pada periode evaluasi awal tahun ini. Analis memandang kinerja Mitratel masih dapat tumbuh hingga high single digit di tahun ini.
Direktur Investasi Mitratel Hendra Purnama mengatakan keberhasilan Mitratel masuk ke Indeks LQ45 ini mencerminkan kapitalisasi pasar yang besar dengan likuiditas saham yang cukup tinggi, serta fundamental MTEL yang kuat.
"Harapan kami tentunya saham Mitratel akan semakin menarik lagi bagi para investor ke depannya, dan dapat memberikan value yang terbaik bagi seluruh stakeholders," kata Hendra kepada Bisnis Selasa (30/1/2024).
Hendra melanjutkan, MTEL akan terus mempertahankan reputasi positif di mata investor, dengan kinerja operasional dan keuangan tetap menjadi fokus utama, sesuai atau bahkan melebihi ekspektasi pasar.
Pada 2024, dia melanjutkan, Mitratel akan berfokus pada pengembangan bisnis penyewaan menara dan ekosistemnya. Hal ini sejalan dalam upaya meningkatkan kapabilitas MTEL untuk menyukseskan digitalisasi di Indonesia.
Hendra menuturkan, dengan kepemilikan menara terbesar di Asia Tenggara, Mitratel akan fokus pada monetisasi melalui pertumbuhan kolokasi serta tetap memperluas coverage untuk memenuhi permintaan menara built-to-suit.
Baca Juga
"Di samping itu Mitratel akan terus memperkuat lini bisnis Tower Fiberization, seiring kebutuhan operator selular," ucapnya.
Dia juga menjelaskan hingga akhir 2023, Mitratel telah memiliki fiber optic sepanjang lebih dari 32.000 km di tahun kedua Mitratel fokus pada bisnis tower fiberization.
"Mitratel juga terus mencari potensi bisnis lain dalam ekosistem menara, baik secara organik maupun anorganik," ujar Hendra.
Hendra menuturkan Mitratel masih memandang optimistis terhadap prospek industri menara telekomunikasi di masa depan. Dia melihat menara telekomunikasi masih memiliki ruang pertumbuhan yang baik seiring terus meningkatnya kebutuhan infrastruktur telekomunikasi yang handal dan terintegrasi dari operator selular.
“Kami juga melihat perkembangan adopsi teknologi 5G akan semakin meningkatkan kebutuhan akan menara telekomunikasi,” kata dia.
Mitratel melihat peluang bagi perusahaan menara telekomunikasi akan datang dari penerapan teknologi baru, perluasan cakupan jaringan khususnya keluar Jawa dan densifikasi jaringan. Hal tersebut diharapkan akan memberikan dorongan akan permintaan menara telekomunikasi.
“Hal ini dapat memberikan peluang pertumbuhan yang besar, terutama bagi perusahaan yang dapat menyediakan infrastruktur yang lengkap, efisien, dan berkelanjutan,” tutur Hendra.
Target Mitratel Tumbuh Double Digit
Head of Equity Analyst and Strategy Mandiri Sekuritas Adrian Joezer menjelaskan saat ini arah pertumbuhan perusahaan menara masih didorong oleh perkembangan suku bunga. Pasalnya, sektor ini cukup sensitif terhadap perkembangan suku bunga.
"Valuasinya ada re-rating dari perusahaan menara global saat The Fed menurunkan suku bunga," ujar Adrian, Selasa (30/1/2024).
Adrian menilai untuk saat ini, saham-saham operator telekomunikasi lebih menarik dibandingkan dengan saham infrastruktur pendukungnya seperti menara telekomunikasi.
Sementara itu, Analis BRI Danareksa Sekuritas Niko Margaronis menjelaskan saat ini Mitratel memiliki portofolio menara terbesar di Indonesia, yakni 38.719 menara atau 33% dari pasar menara.
BRI Danareksa Sekuritas menjadikan saham MTEL sebagai pilihan utama mereka dengan alasan rasio penyewaan terendah di antara pesaing-pesaingnya. Karena hal tersebut, potensi kolokasi dan monetisasi menara MTEL menjadi yang tertinggi.
"Operator non-Telkomsel sedang memperluas jaringan ke pulau-pulau di luar Jawa dan memiliki lebih banyak pilihan penyewaan kolokasi melalui Mitratel dibandingkan dengan pesaing-pesaingnya," tulis Niko dalam risetnya.
Niko memperkirakan MTEL dapat mencatatkan pertumbuhan double digit pada tahun 2023 sebesar 11% year on year setelah menyelesaikan akuisisi 803 menara pada Desember 2023. Sementara itu, untuk tahun ini BRI Danareksa Sekuritas memperkirakan MTEL akan mencetak pertumbuhan single high digit.
Sebagai informasi, Mitratel mencetak peningkatan laba tahun berjalan sebesar Rp1,43 triliun pada 9 bulan 2023. Laba tahun berjalan ini meningkat 16,6% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp1,22 triliun.
Mitratel juga mencatatkan pendapatan senilai Rp6,27 triliun pada 9 bulan 2023. Pendapatan ini meningkat 11,89% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp5,6 triliun.
Pendapatan ini diperoleh dari beberapa pos, yakni dari sewa menara telekomunikasi sebesar Rp5,76 triliun, pendapatan jasa konstruksi sebesar Rp495,8 miliar, dan pendapatan jasa dan sewa listrik sebesar Rp10,3 miliar.
Niko melanjutkan dengan potensi perubahan suku bunga, menurutnya perusahaan menara seperti MTEL akan lebih baik dalam mendukung kinerja perusahaan telekomunikasi dan mendanai ekspansi jaringan dengan biaya keuangan yang lebih rendah.
BRI Danareksa Sekuritas memberikan rating beli untuk saham MTEL, dengan target harga atau target price (TP) sebesar Rp960 per saham. MTEL menjadi pilihan utama BRI Danareksa Sekuritas karena prospek pertumbuhan yang lebih kuat dan valuasi yang tidak terlalu tinggi.