Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Blackrock hingga Manulife Borong Saham Mitratel, Mengapa?

Tiga lembaga keuangan asing, Blackrock, Dimensional Fund dan Manulife menyerok saham PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk. (MTEL) atau Mitratel.
Menara telekomunikasi Mitratel/Dok. Mitratel
Menara telekomunikasi Mitratel/Dok. Mitratel

Bisnis.com, JAKARTA – Tiga lembaga keuangan asing, Blackrock, Dimensional Fund dan Manulife menyerok saham PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk. (MTEL) atau Mitratel.

Ketiga lembaga keuangan itu mengambil peluang di tengah pelemahan harga Mitratel sepanjang tahun ini. Selama tahun berjalan saham MTEL telah melemah 4,26% ke posisi Rp675 sampai dengan Senin (22/1/2024).

Berdasarkan data Bloomberg, Blackrock dilaporkan mengoleksi 44,13 juta saham Mitratel pada Senin (22/1/2024). Dengan demikian lembaga keuangan itu telah memiliki 75,97 juta saham atau setara dengan 0,09%.

Tidak mau ketinggalan, perusahaan asuransi global Manulife ikut membeli saham MTEL sebanyak 17,6 juta saham. Dengan begitu Manulife Financial Corp menggenggam 21,9 juta saham yang setara dengan 0,03%.

Langkah serupa ikut diterapkan oleh Dimensional Advisory Fund dengan membeli 9,63 juta saham. Lembaga keuangan asal USA itu kini memiliki 27,98 juta saham yang setara dengan 0,03% kepemilikan atas saham Mitratel.

Secara teknikal, Analis RHB Sekuritas Muhammad Wafi merekomendasikan beli saham MTEL dengan target Rp700. Bila saham emiten menara itu dapat menembus posisi Rp685 maka ada potensi melaju ke Rp720 sampai dengan Rp765 per saham. Investor disarankan memberi batasan pada Rp665 per saham.

Sementara itu, JP Morga telah mengerek naik target harga saham PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk. (MTEL) alias Mitratel dari semula Rp910 menjadi Rp960 per saham.

Sebelumnya JP Morgan meyakini saham MTEL bisa terkerek naik ke posisi Rp910 pada Juni 2024. Adapun dalam target teranyar, broker internasional itu menargetkan Mitratel di level Rp960 pada akhir Desember 2024.

Analis JP Morgan Ranjan Sharma mengungkapkan naiknya valuasi Mitratel disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama adalah fundamental bisnis yang memiliki pertumbuhan dari segi organik dan anorganik. Kedua bisnis Mitratel mendapatkan dukungan dari industri bisnis yang sedang membutuhkan data nirkabel, kebutuhan jaringan oleh para operator telekomunikasi dan ruang finansial untuk mendukung pertumbuhan anorganik.

“Kami memperkirakan CAGR FY22-25E sebesar 7% dari segi pendapatan. Kami memperkirakan pertumbuhan didorong oleh kombinasi pertumbuhan menara yang disesuaikan dengan kebutuhan, meningkatnya kolokasi, dan akuisisi anorganik. Persyaratan sewa menara yang menarik oleh Miratel mampu menghasilkan kolokasi yang bertambah. Kami pertahankan peringkat beli,” ungkapnya.

Selain faktor fundamental, terdapat dua faktor yang dapat menjadi modal MTEL untuk menjaga dan melanjutkan momentum kinerja positif ke depan. Seperti langkah agresif perseroan mengakuisisi aset guna mendukung pertumbuhan secara organik maupun anorganik.

Sebagaimana diketahui, Mitratel memiliki neraca keuangan sehat dengan kas yang kuat. MTEL memiliki debt equity ratio (DER) sebesar 68% jauh lebih rendah jika dibandingkan kompetitor. Misalnya TOWR dengan DER 326% dan TBIG 304,9%.

Analis Macquarie Indra Cahya memperkirakan Mitratel akan mendapatkan pendapatan Rp8,68 triliun selama 2023. Dari sisi bottomline, dia mengestimasikan MTEL meraup Rp2,5 triliun pada tahun lalu.

"Kami memberikan rekomendasi MTEL karena kami melihat manfaat dari perluasan jaringan operator telekomunikasi nomor 2 dan 3 di Indonesia ke luar Jawa, sehingga mendorong pertumbuhan EBITDA dua digit,” imbuhnya.

Sementara itu, MTEL juga menjalankan neraca dengan leverage yang paling rendah di antara emiten tower lainnya yang menjadikannya relatif defensif dalam lingkungan kenaikan suku bunga saat ini.

----------------------

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Pandu Gumilar
Editor : Pandu Gumilar
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper