Bisnis.com, JAKARTA -- Sinarmas Sekuritas memandang masuknya saham PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk. (MTEL) atau Mitratel ke indeks LQ45, bakal menjadi katalis utama emiten menara.
Analis Sinarmas Arief Machrus mengungkapkan secara fundamental terdapat beberapa faktor yang mendorong kinerja perseroan. Salah satunya, adalah beban pendapatan per menara per bulan yang turun lebih dari 50% menjadi Rp1,2 juta sejak kuartal I/2023.
Menurutnya jumlah tersebut berada di bawah rata-rata industri saat ini. Penurunan beban terjadi sekalipun, Mitratel tercatat sebagai pemain menara terbesar di Asia Tenggara.
"Mitratel telah secara efektif memanfaatkan skala ekonomi dan efisiensi operasional per menara, melampaui pesaing terdekatnya di Indonesia yakni TOWR," katanya, Senin (29/1/2024).
Prospek pertumbuhan MTEL, lanjutnya, terbilang menjanjikan karena didorong oleh peningkatan rasio sewa dan strategi kolokasi. Pasalnya pertumbuhan pendapatan MTEL diprediksi mencapai 10% sampai akhir 2023.
Mitratel juga mendapat manfaat signifikan dari Grup Telkom, dengan portofolio inisiatif strategis seperti fiber to the tower (FTTT) dan power to the tower (PTTT).
Baca Juga
"Meskipun pada awalnya terdapat ketertinggalan dalam rasio tenant jika dibandingkan dengan perusahaan sejenis, Manajemen Mitrarel pun memperkirakan adanya pertumbuhan kolokasi yang dikombinasikan dengan skala ekonomi sehingga akan memperkuat margin EBITDA,” ujarnya.
Arief memperkirakan pendapatan Mitratel bakal menembus Rp8,33 triliun sampai akhir 2023 jika dibandingkan dengan capaian 2022 yang tercatat Rp7,73 triliun. Dari sisi laba bersih, dia memprediksi mencapai Rp2,58 triliun, meningkat 44% dibandingkan 2022 yang tercatat Rp1,78 triliun.
Oleh sebab itu, Sinarmas Sekuritas memberikan rekomendasi beli untuk saham MTEL dengan target Rp845.
Adapun saham MTEL kini diperdagangkan dengan harga di bawah dari harga IPO. Padahal MTEL juga menunjukkan sinergi yang kuat dengan Grup TLKM dan inline dengan peta jalan pertumbuhan.
"Selain itu, dengan 60% portofolio menara MTEL berlokasi di luar Jawa, perusahaan memiliki posisi yang baik untuk meningkatkan peluang kolokasi karena operator jaringan seluler berencana memperluas jangkauan secara nasional," tambah Arief.
Analis Panin Sekuritas Aqil Triyadi menjelaskan masuknya saham MTEL ke dalam konstituen indeks LQ45. Menurutnya Mitratel sudah masuk konstituen indeks IDX80 sebagai prasyarat untuk terdaftar LQ45.
“Kriteria selanjutnya adalah likuiditas perdagangan saham dan aspek fundamental seperti kinerja keuangan dan kepatuhan dan semuanya sudah terpenuhi untuk MTEL” kata Aqil dalam risetnya, Jumat (26/1/2024).
Menurutnya saat evaluasi mayor dilakukan ada potensi likuiditas transaksi saham MTEL akan meningkat. Tren perbaikan volume terjadi sejak kuartal I/2023.
Berdasarkan data yang dia himpun rata-rata volume transaksi di kuartal IV/2023 mencapai 47,2 juta atau naik 6% secara kuartalan. Jika dibandingkan dengan rata-rata volume di kuartal I/2023 yang hanya 20 juta maka kenaikannya mencapai lebih dari 2x.
Selain itu, dia berpendapat secara fundamental Mitratel memiliki kinerja keuangan paling baik jika dibandingkan dengan kompetitirnya. Sebab, laba bersih Mitratel tumbuh 16,6% tahunan hingga kuartal III/2023.
--------------
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.