Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak mulai mereda menyusul pemulihan produksi anggota OPEC Libya sehingga mengimbangi kekhawatiran mengenai ketegangan di Laut Merah yang tampaknya akan terus mengganggu pengiriman.
Berdasarkan data Bloomberg, Senin (22/1/2024), harga minyak West Texas Intermediate (WTI) kontrak Februari 2024 melemah 0,38% atau -0,28 poin ke level US$73.13 per barel pada pukul 13.24 WIB.
Sementara itu, harga minyak Brent kontrak Maret 2024 melemah 0,52% atau -0,41 poin ke posisi US$78,15 per barel pada pukul 13.25 WIB.
Perusahaan Minyak Nasional Libya mengatakan bahwa aliran dari Sharara, yang sebelumnya memproduksi sekitar 270.000 barel per hari, akan dilanjutkan setelah berhenti selama tiga minggu.
Di tempat lain di Timur Tengah, para pedagang memperkirakan gangguan yang berkepanjangan pada pelayaran di Laut Merah dan Terusan Suez, karena Amerika Serikat (AS) berusaha mencegah Houthi menyerang kapal-kapal.
Menurut seorang pejabat pemerintahan Biden, Jon Finer, tindakan militer untuk mencegah serangan tersebut membutuhkan waktu. Dia juga mengisyaratkan bahwa AS dapat mengambil langkah ekstra dalam beberapa hari mendatang.
Baca Juga
Minyak mentah telah berjuang untuk menentukan arahnya pada tahun ini, dengan mengalami kenaikan dan penurunan pada minggu-minggu yang berbeda.
Pola tersebut (see-saw pattern) terjadi karena dampak dari ketegangan di seluruh Timur Tengah, termasuk perang Israel-Hamas di Jalur Gaza, diimbangi oleh ekspektasi bahwa pasar minyak akan tetap dipasok dengan cukup.
Adapun, pada minggu lalu, Badan Energi Internasional (EIA) juga menyoroti meningkatnya produksi minyak di luar negara-negara OPEC, sementara pertumbuhan permintaan mengalami perlambatan.
Pendiri perusahaan analisis yang berbasis di Singapura, Vanda Insights, mengatakan bahwa pasar minyak telah memperhitungkan dampak dari gangguan di Laut Merah dan konflik Israel-Hamas.
"Ditambah dengan berlanjutnya kekhawatiran ekonomi, sepertinya mereka akan terus menjaga minyak mentah tetap dalam kisaran yang terbatas," jelasnya.
Namun, beberapa metrik menunjukkan tanda-tanda pengetatan, dengan selisih antara dua kontrak terdekat WTI berubah menjadi struktur bullish dengan pola backwardation pada minggu lalu.
Hal tersebut terjadi karena cuaca dingin di AS menyebabkan jutaan barel pasokan terhenti, yang mungkin memerlukan beberapa minggu untuk pulih.