Bisnis.com, JAKARTA - Harga komoditas batu bara telah anjlok dengan pelemahan mingguan melebihi 4%. Sementara, harga crude palm oil (CPO) menguat karena produksi yang stagnan dan kekuatan minyak nabati saingan.
Harga batu bara berjangka kontrak Februari 2024 di ICE Newcastle ditutup memerah pada Jumat (19/1/2024) yakni melemah 2,98% atau -3,75 poin ke level 122 per metrik ton. Dalam sepekan kontrak ini telah melemah sebesar 4,13%.
Kemudian, kontrak pengiriman Maret 2024 juga mengalami pelemahan sebesar 3,59% atau -4,40 poin ke level 118,30 per metrik ton, menjadikannya melemah sebesar 5,92% dalam sepekan.
Mengutip Reuters, China berencana untuk meningkatkan porsi listrik yang dihasilkan dari sumber energi terbarukan sebagai bagian dari langkah-langkah menuju emisi nol. Pembangkit listrik berbahan bakar batu bara dan gas berfungsi sebagai cadangan untuk memastikan keandalan.
Saat ini, pembangkit listrik termal, yang sebagian besar dari bahan bakar batu bara, menyumbang 2.853 gigawatt (GW) dari kapasitas pembangkitan atau 48% dari total pada akhir November 2023.
Adapun, sisanya berasal dari sumber tanpa emisi, termasuk tenaga surya (558 GW, 20%), hidro (421 GW, 15%), angin (413 GW, 15%), dan nuklir (57 GW, 2%).
Baca Juga
Namun, pembangkit listrik termal masih menyumbang porsi yang jauh lebih tinggi, yakni sebesar 70% pada 2023), dibandingkan hidro (13%), angin (9%), nuklir (5%), dan tenaga surya (3%).
Kemudian, pada tahun lalu, pembangkitan listrik global dari batu bara mencapai level tertinggi sepanjang sejarah, dan ekspor batu bara termal melampaui 1 miliar ton metrik untuk pertama kalinya.
Sebagian besar aktivitas penambangan dan ekspor batu bara berpusat di Asia, karena banyak wilayah lain, termasuk Eropa dan Amerika Utara, telah mengambil langkah-langkah untuk mengurangi ketergantungan pada batu bara dalam pembangkit listrik
Harga CPO
Harga (CPO) atau minyak kelapa sawit di bursa derivatif Malaysia pada Februari 2024 menguat 37 poin menjadi 3,966 ringgit per metrik ton. Dalam sepekan, kontrak ini telah menguat sekitar 3,42%.
Kontrak Maret 2024 juga mengalami penguatan sebesar 45 poin menjadi 3,959 per metrik ton, dan telah menguat sebesar 2,65% dalam sepekan.
Mengutip Reuters, minyak sawit berjangka Malaysia mencatatkan kenaikan mingguan kedua berturut-turut pada Jumat (19/1), didukung oleh produksi yang stagnan dan kekuatan minyak nabati saingan.
Direktur pialang Pelindung Bestari yang berbasis di Selangor, Paramalingam Supramaniam, mengatakan bahwa minyak sawit berjangka Malaysia mengalami reli dipicu oleh rendahnya pasokan lantaran produksi di negara produsen terbesar di dunia masih sangat rendah.
“Sampai kita melihat pemulihan dalam produksi, harga akan terus meningkat,” kata Supramaniam, dan menambahkan bahwa minat beli yang baik dari importir utama China juga membantu harga mempertahankan momentum.
Adapun, menurut survei Reuters pada Kamis (18/1) produksi minyak sawit mentah Malaysia diperkirakan mencapai 18,75 juta ton pada 2024, naik 1% dari tahun, seiring dengan membaiknya situasi ketenagakerjaan di negara tersebut.
Harga minyak juga mengalami kenaikan pada Jumat (19/1) karena karena ketegangan di Timur Tengah dan gangguan produksi minyak akibat cuaca dingin di AS, menutupi kekhawatiran mengenai kesehatan perekonomian China dan global.
Kontrak minyak kedelai teraktif Dalian, DBYcv1, naik tipis 2,2%. Kontrak minyak sawit DCPcv1 naik 2,37%. Harga minyak kedelai di Chicago Board of Trade(CBOT), BOcv1, naik 0,52%.
Berdasarkan data Bloomberg, mata uang Ringgit malaysia, ditutup menguat tipis 0,01% terhadap dolar AS. Ringgit yang menguat membuat minyak kelapa sawit kurang menarik bagi pemegang mata uang asing.