Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Saham MKNT: Dari Distributor Pulsa Telkomsel Terbesar, Kini Sahamnya Dihargai Rp2

Mitra Telekomunikasi Nusantara (MKNT) pernah menjadi distributor terbesar kedua pulsa Telkomsel, tetapi saat ini sahamnya dihargai Rp2 oleh pasar.
Karyawan melintasi papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (10/11/2022). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan melintasi papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (10/11/2022). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA — Saham PT Mitra Telekomunikasi Nusantara Tbk. (MKNT) menjadi salah satu saham dengan harga terendah di Bursa Efek Indonesia (BEI) saat ini. Padahal, MKNT dahulu pernah menjadi distributor terbesar kedua pulsa Telkomsel.

Berdasarkan penelusuran Bisnis, MKNT resmi mencatatkan sahamnya di BEI pada 26 Oktober 2015. Saat itu, MKNT menawarkan sahamnya dengan harga Rp200 per saham.

MKNT melepas sebanyak 200 juta sahamnya, dengan perolehan dana IPO Rp40 miliar. Setelah IPO tersebut dilakukan, MKNT tercatat gencar mendirikan anak usaha dan juga mengakuisisi beberapa perusahaan yang bergerak di bidang distributor pulsa.

Bahkan, MKNT melakukan investasi strategis di perusahaan E-commerce, yakni PT Kioson Komersil Indonesia Tbk. (KIOS).

MKNT tercatat didirikan pada 2008 sebagai perusahaan distributor produk prepaid voucher dan sim card. Peran ini dilakukan MKNT melalui kerja sama bersama Telkomsel. Bersama Telkomsel, MKNT juga menghadirkan pusat layanan GraPari.

Saat ini, pengendali MKNT adalah PT Monjess Investama dengan kepemilikan saham sebesar1,24 miliar atau setara 22,63%. Selain Monjess Investama, saham MKNT juga dimiliki oleh PT Sun International Capital sebesar 343,7 juta saham atau setara 6,25% kepemilikan, dan KPD Simas Equity Fund 2 dengan jumlah saham 275,5 juta saham atau setara 5,01%.

Sementara itu, kepemilikan masyarakat pada MKNT cukup signifikan, yakni sebesar 3,63 miliar saham atau setara 66,10% kepemilikan.

Per 29 Desember 2023, terdapat sebanyak 7.640 pihak yang memiliki saham MKNT. Jumlah ini bertambah dari akhir November 2023 yang sebanyak 5.901 pihak.

Monjess Investama sendiri merupakan saham yang dimiliki oleh Tan Heng Lok dengan kepemilikan 52%, Meyce 16%, Monica 16%, dan Jesslyn 16%. Kepemilikan dalam Monjess ini tercatat telah berubah dibandingkan pada 2015, yaitu saat MKNT melakukan pencatatan saham perdananya di BEI.

Kala itu, Monjess Investama dikendalikan PT Bruton International dan PT FS Pamona. Kedua perusahaan tersebut dikendalikan oleh Tan Heng Lok dengan kepemilikan yang sama di dua perusahaan, yakni 97,5% dan Victor A Kohar yang juga memiliki 2,5% kepemilikan di Bruton International dan FS Pamona.

Tan Heng Lok dan Victor A Kohar nampaknya pecah kongsi pada 2018, saat Victor mengajukan pengunduran dirinya sebagai Komisaris MKNT. Selain MKNT, Tan Heng Lok juga diketahui merupakan pemegang saham pengendali dari SBAT.

Saat ini, saham MKNT dihargai pada harga Rp2 per saham. Saham MKNT mendapatkan tato E, yang mencerminkan ekuitas negatif dan X yang berarti berada dalam special monitoring.

Hingga kuartal III/2023, MKNT mencatatkan penjualan sebesar Rp1,24 triliun, turun 21,4% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp1,58 triliun.

Akan tetapi, MKNT mencatatkan rugi pada kuartal III/2023. Meski demikian, rugi ini susut 46,4% dari Rp14,8 miliar di kuartal III/2022, menjadi Rp7,94 miliar di kuartal III/2023. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper