Bisnis.com, JAKARTA — Harga emas global turun lebih dari 1% pada penutupan perdagangan Selasa (16/1/2024), tertekan oleh penguatan dolar dan imbal hasil Treasury AS yang lebih tinggi setelah pernyataan hawkish Gubernur Federal Reserve Christopher Waller mengenai penurunan suku bunga tahun ini.
Harga emas di pasar spot turun 1,3% ke level US$2,027.26 per ounce setelah menguat pada tiga sesi sebelumnya. Sementara emas berjangka AS GCcv1 ditutup lebih rendah 1% ke posisi US$2030,2.
“Kenaikan kuat indeks dolar AS serta kenaikan imbal hasil Treasury AS hari ini menekan pasar emas pada hari pertama setelah liburan tiga hari akhir pekan,” kata Jim Wyckoff, analis senior di Kitco Metals, mengutip Reuters.
"Namun, ada yang berpendapat bahwa kerugian emas tidaklah buruk dibandingkan dengan seberapa kuat dolar karena ketegangan di Timur Tengah yang membatasi harga," tambahnya.
Indeks dolar naik hampir 1% ke level tertinggi dalam lebih dari satu bulan, membuat emas batangan kurang menarik bagi pemegang mata uang lainnya, sementara imbal hasil obligasi pemerintah AS bertenor 10 tahun juga naik.
Sebelumnya, Gubernur The Fed Christopher Waller mengatakan Amerika Serikat berada 'dalam jarak yang sangat dekat' dari sasaran inflasi 2% yang ditetapkan The Fed, namun bank sentral tidak boleh terburu-buru menurunkan suku bunga acuannya sampai jelas bahwa inflasi yang lebih rendah akan dipertahankan.
Baca Juga
Bank Sentral The Fed diperkirakan akan mempertahankan suku bunga kebijakannya tetap stabil pada akhir pertemuan 30-31 Januari. Pedagang melihat kemungkinan 67% penurunan suku bunga pada bulan Maret, menurut alat CME Fedwatch.
Di tempat lain, pejabat Bank Sentral Eropa juga menolak ekspektasi pasar akan penurunan suku bunga yang cepat pada tahun ini.
Sementara itu harga erak di pasar spot turun 1,2% menjadi US$22,93 per ounce. Platinum turun 2,1% menjadi US$895,56 dan paladium turun 3,8% menjadi US$934,32, menandai level terendah dalam lebih dari satu bulan.