Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) terpantau stabil meski meningkatnya risiko akibay serangan udara oleh Amerika Serikat (AS) dan sekutunya terhadap kelompok milisi Houthi.
Berdasarkan data Bloomberg, Senin (15/1/2024), harga minyak West Texas Intermediate (WTI) kontrak Februari 2024 melemah tipis -0,03% ke level US$72,54 per barel pada pukul 15.22 WIB. Sebelumnya minyak menguat 0,07% atau 0,05 poin ke level US$72.73 per barel pada pukul 14.06 WIB. Sementara itu, harga minyak Brent kontrak Maret 2024 juga melemah 0,13% atau 0,13 poin ke posisi US$78,19 per barel.
Sebagai gambaran, harga minyak mentah WTI melonjak mendekati US$73 per barel dan Brent diperdagangkan di bawah US$79 per barel setelah AS melakukan serangan awal terhadap Houthi di Yaman. Serangan ini menyasar instalasi radar, dan menjatuhkan rudal jelajah Houthi pada Minggu (14/1).
Level harga ini menunjukkan pelaku pasar pada saat ini tidak melihat kemungkinan besar konflik ini akan meluas dan mengancam produksi dan aliran minyak dari Timur Tengah yang lebih luas. Aliran minyak dari timur tengah sangat penting karena menyumbang sekitar sepertiga dari produksi minyak dunia. Volume perdagangan juga lebih rendah pada hari Senin (15/1) karena libur di AS.
Kepala strategi komoditas ING Groep NV, Warren Patterson, mengatakan bahwa untuk saat ini perkembangan di kawasan tersebut tidak berdampak berdampak pada pasokan minyak.
“Dan tanpa adanya gangguan pasokan, pasar minyak tetap nyaman selama paruh pertama tahun ini, meskipun ketegangan meningkat,” jelasnya.
Baca Juga
Namun, meningkatnya ketegangan di Timur Tengah sampai batas tertentu mengganggu aliran minyak mentah. Setidaknya, tiga pemilik kapal tanker minyak, yang diantara mereka memimpin lebih dari 350 kapal menghentikan pelayaran melalui Laut Merah bagian selatan.
Kemungkinan besar akan ada lebih banyak orang yang mengikuti jejak mereka, setelah mendapat saran dari pasukan militer Barat untuk menjauhi wilayah tersebut.
Menurut angkatan laut Inggris, sebuah kapal yang mengangkut minyak Rusia nyaris terkena rudal yang ditembakkan dari Yaman. Saluran TV yang dioperasikan oleh Houthi juga mengatakan bahwa jet-jet tempur telah menghantam target-target dalam sebuah serangan baru pada Minggu malam (14/1), meskipun tidak ada konfirmasi langsung dari militer AS atau Inggris.
"Karena konflik Timur Tengah saat ini tidak mempengaruhi produksi minyak, premi risiko geopolitik yang dibebankan pada harga minyak saat ini terlihat sederhana," jelas Goldman Sachs Group Inc.
Mereka juga memperkirakan bahwa harga kemungkinan akan berada dalam kisaran tertentu karena kapasitas cadangan yang tinggi membatasi kenaikan, sementara risiko resesi rendah dan pasokan responsif OPEC+ membatasi penurunan.