Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah dan Mata Uang Asia Menguat, Dolar AS Malah Lesu Jelang Rilis Data Inflasi

Rupiah menguat 0,13% ke level Rp15.548 per dolar AS pada penutupan perdagangan hari ini, Kamis (11/1/2023). Semetara itu indeks dolar justru lesu.
Karyawati menghitung mata uang Dolar Amerika Serikat di tempat penukaran uang asing di Jakarta, Senin (14/8/2023). Bisnis/Suselo Jati
Karyawati menghitung mata uang Dolar Amerika Serikat di tempat penukaran uang asing di Jakarta, Senin (14/8/2023). Bisnis/Suselo Jati

Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat ke level Rp15.548 pada perdagangan hari ini, Kamis, (11/1/2024). Mayoritas mata uang Asia kompak menguat, sedangkan dolar AS lesu jelang rilis data inflasi.

Mengacu data Bloomberg, pukul 15.00 WIB rupiah mencatatkan penguatan 0,13% atau 21 poin ke level Rp15.548 per dolar AS. Sedangkan indeks mata uang Negeri Paman Sam melemah 0,13% ke posisi 102,23.

Mayoritas mata uang Asia terpantau kompak menguat terhadap dolar AS sore ini. Misalnya, yen Jepang naik 0,25%, dolar Singapura menguat 0,17%, dolar Taiwan naik 0,08%, won Korea melesat 0,57%, peso Filipina naik 0,49%, dan yuan China naik 0,17%.

Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, pasar sekarang menunggu data utama indeks harga konsumen (CPI) AS untuk bulan Desember 2023, yang akan dirilis hari ini.

"Inflasi IHK umum diperkirakan sedikit meningkat, sementara IHK inti diperkirakan terus turun. Inflasi diperkirakan akan tetap jauh di atas target tahunan The Fed sebesar 2%," ujar Ibrahim dalam riset, Kamis, (11/1/2024).

Menurutnya, para pelaku pasar tampaknya masih mempertahankan ekspektasi mereka terhadap penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin pada Maret 2024, meskipun ada sedikit pemangkasan pada minggu lalu.

Alat CME Fedwatch menunjukkan para pelaku pasar memperkirakan peluang pemotongan suku bunga sebesar 67,1% di Maret 2024, naik dari 60,8% yang terlihat kemarin, dan 64,7% yang terlihat pada pekan lalu.

Fokus pasar saat ini juga tertuju pada angka perdagangan dan inflasi China, yang akan dirilis pada Jumat, (12/1), untuk mengetahui isyarat ekonomi lebih lanjut terhadap importir tembaga terbesar di dunia tersebut.

Dari sentimen domestik,    pemerintah RI tetap optimistis meski Bank Dunia atau World Bank merevisi ke bawah outlook ekonomi global 2024 dari 2,6% menjadi 2,4%.  Sinyal perlambatan ekonomi 2024 pada dasarnya memang sudah muncul sejak 2023, namun angkanya terus direvisi ke bawah.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), neraca perdagangan kumulatif Indonesia sepanjang Januari hingga November 2023 turun US$16,91 miliar dari periode yang sama pada 2022. Neraca perdagangan barang kembali mengalami surplus selama 43 bulan berturut-turut meskipun lebih rendah dibandingkan dengan bulan yang sama tahun lalu.

"Untuk perdagangan besok, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah di rentang  Rp15.530- Rp15.600," pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rizqi Rajendra
Editor : Ibad Durrohman
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper