Bisnis.com, JAKARTA - Obligasi Negara Ritel seri ORI025 menjadi SBN ritel perdana ditawarkan oleh pemerintah tahun ini, yaitu pada 29 Januari 2024-22 Februari 2024. Penawaran masuk diprediksi tembus Rp20 triliun hingga akhir masa penawaran.
Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Ramdhan Ario Maruto mengatakan ORI025 akan mendapatkan antusiasme yang tinggi dari investor. Sehingga, prediksi penjualannya lebih tinggi dari seri sebelumnya yakni ORI024 yang terjual sebesar Rp14,5 triliun pada tahun lalu.
"ORI025 ini menarik bagi investor, prediksi saya permintaan yang masuk hingga Rp20 triliun," ujar Ramdhan kepada Bisnis, Selasa, (9/1/2024).
Ramdhan pun memprediksi kupon ORI025 di kisaran 6,3%-6,4% jika dirilis dalam tenor tiga tahun. Lalu yang tenor lima tahun di kisaran 6,5%-6,6%. Hal itu berdasarkan iklim suku bunga acuan tinggi yang terjadi saat ini.
Berkaca pada ORI024 yang ditawarkan pada 9 Oktober 2023 hingga 2 November 2023, kedua seri memiliki kupon masing-masing sebesar 6,10% dan 6,35%. Rincian total hasil penjualan ORI024 sebesar Rp14,50 triliun, terdiri atas penjualan seri ORI024T3 sebesar Rp11,86 triliun dan seri ORI024T6 sebesar Rp2,64 triliun.
Dari sisi proyeksi pasar obligasi, Direktur Utama Mandiri Investasi Aliyahdin Saugi mengatakan inflasi global terutama di Amerika Serikat (AS) diperkirakan akan mengalami penurunan mendekati angka yang diharapkan oleh Bank Sentral AS The Fed.
Baca Juga
"Hal tersebut akan turut mendorong penurunan suku bunga acuan yang akan berimbas positif pada pasar obligasi," ujar Saugi kepada Bisnis, dikutip Selasa, (9/1/2024).
Saat ini, Federal Reserve masih menahan suku bunga acuan di kisaran 5,25%-5,5%, dan diproyeksi akan memangkas suku bunga sebanyak tiga kali tahun ini. Sedangkan Bank Indonesia (BI) masih menahan suku bunga di level 6%.
Alhasil, dari perspektif tersebut, menurutnya obligasi menawarkan daya tarik karena dua hal. Pertama, yield atau imbal hasil investasi yang diprediksi akan menurun seiring dengan pemotongan suku bunga memberikan kesempatan bagi investor untuk meraih capital gain.
Kedua, real yield atau selisih dari suku bunga dikurangi inflasi, masih relatif baik karena penurunan inflasi.
"Dengan demikian, investor yang berinvestasi dalam obligasi dengan jangka waktu menengah hingga panjang diharapkan dapat meraih manfaat positif, seperti yang terjadi pada tahun 2023," pungkasnya.