Bisnis.com, JAKARTA — Emiten properti PT Ciputra Development Tbk. (CTRA) dan PT Metropolitan Land Tbk. (MTLA) menaruh harpan besar bahwa suku bunga acuan yang melandai hingga insentif pajak perumahan (PPN DTP) dapat mendorong pertumbuhan kinerja di tahun 2024 mendatang.
Analis PT NH Korindo Sekuritas Indonesia Axell Ebenhaezer mengatakan CTRA dan MTLA memiliki prospek cerah ke depan ditopang oleh sejumlah katalis positif.
Axell menggarisbawahi beberapa katalis positif yang menopang optimisme terhadap prospek saham properti. Pertama, insentif dari pemerintah yakni berupa pembebasan pajak pertambahan nilai (PPN) 11% untuk pembelian rumah baru mulai November 2023 hingga Juni 2024.
Kedua, data perekonomian Amerika Serikat yang baru saja dirilis menunjukkan ekonomi Negeri Paman Sam mulai mengalami perlambatan. Kondisi meningkatkan harapan The Fed akan memulai pemangkasan suku bunga.
Adapun, proyeksi itu sekaligus menjadi pertanda baik bagi ekspektasi Indonesia yang akan turut menurunkan suku bunga d tahun-tahun mendatang.
“Kedua faktor tersebut menimbulkan optimisme yang meluas terhadap sektor properti pada 2024, terutama di akhir tahun setelah ketidakpastian terkait pemilu mereda,” jelasnya dalam riset belum lama ini.
Baca Juga
Sebagaimana diketahui, Pemerintah telah menetapkan insentif PPN DTP atas penyerahan rumah tapak dan susun dengan harga terbesar Rp5 miliar. Kebijakan yang berlaku sejak November 2023 hingga Desember 2024 ini diperkirakan mendorong kinerja marketing sales dari emiten properti.
Adapun Ketentuan tersebut telah diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 120 Tahun 2023 yang mulai berlaku sejak tanggal 21 November 2023.
Direktur Ciputra Development Harun Hajadi menyampaikan bahwa PPN DTP diyakini akan membantu emiten properti dalam mendorong penjualan stok dan unit-unit yang bisa diserahterimakan dalam batas waktu yang ditentukan oleh PMK.
Selain berharap dari insentif PPN DTP, Harun juga menaruh harapan tingkat suku bunga acuan tidak mengalami peningkatan pada tahun depan. Hal ini mengingat tingkat inflasi yang terkendali dan pergerakan rupiah yang mulai stabil.
“Kita juga mengharapkan jangan ada kenaikan suku bunga, apalagi inflasi sudah terkendali dan rupiah juga cukup stabil. Mudah-mudahan target tahun depan tidak lebih rendah dari tahun ini,” ujarnya kepada Bisnis, Kamis (21/12/2023).
Harapan penurunan suku bunga di tahun mendatang nampaknya perlahan-lahan bisa terwujud. Terkini, Bank Indonesia kembali menahan suku bunga acuan atau BI rate di level 6% pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) periode 20-21 Desember 2023.
Mengacu pada keputusan tersebut, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan suku bunga Deposit Facility tetap bertahan di level 5,25%, dan suku bunga Lending Facility 6,75%.
Perry Warjiyo bahkan memberi sinyal penurunan suku bunga acuan atau BI rate pada semester kedua 2024. Menurutnya penurunan suku bunga the Fed yang diperkirakan terbuka pada semester kedua 2024 menjadi salah satu faktor pertimbangan BI dalam menetapkan arah suku bunga kebijakan, tapi bukan sebagai acuan utama.
Dalam hal ini, BI akan melihat perkembangan laju inflasi dan pergerakan nilai tukar rupiah, serta risiko dari ketidakpastian global.
“Kalau kami rencanakan di semester II, bukan mengikuti FFR [Fed Funds Rate], tapi perhitungan-perhitungan seperti itu,” katanya dalam konferensi pers, Kamis (21/12/2023).
Sementara itu, Direktur Metropolitan Land Olivia Surodjo mengungkapkan, kendatipun terdapat sentimen positif yang berasal dari PPN DTP dan suku bunga, dia juga melihat ada beberapa isu sensitif yang akan membayangi kinerja sektor properti pada 2024.
Menurutnya tahun depan menjadi warsa menantang karena Indonesia akan menghadapi tahun politik. Gelaran pesta demokrasi tersebut dinilai memungkinkan masyarakat untuk menahan pembelian.
“Namun, MTLA tidak melihat itu dalam kacamata pesimis tapi lebih ke antisipasi dan kehati-hatian dalam menghadapinya. Untuk beberapa faktor usaha tahun politik justru menjadi momen yang baik seperti bisnis MICE di hotel,” ujarnya kepada Bisnis, Kamis (21/12/2023).
Oleh karena itu, dia pun berharap stimulus insentif PPN DTP diharapkan bisa mendorong keputusan masyarakat untuk membeli unit properti. Dengan kehadiran insentif tersebut, MTLA menargetkan pertumbuhan kinerja pada tahun depan.
“Target marketing sales MTLA tahun 2024 masih dalam diskusi internal perusahaan. Namun, biasanya akan ada kenaikan karena MTLA menargetkan adanya pertumbuhan di setiap tahunnya,” tuturnya.
Kinerja Keuangan MTLA & CTRA Kuartal III/2023
Metland meraih pendapatan bersih sebesar Rp1,28 triliun hingga kuartal III/2023. Perolehan ini melonjak 29,07% secara tahunan atau year-on-year (YoY).
Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, pendapatan MTLA ditopang oleh segmen penjualan tanah yang tumbuh 34,31% YoY menjadi Rp811,41 miliar. Adapun pendapatan hotel naik 21,6% YoY menjadi Rp100,83 miliar, dan penjualan kavling tanah meraup Rp57,97 miliar.
Presiden Direktur Metland Anhar Sudradjat memerinci bahwa pendapatan dari penjualan mencapai Rp910 miliar atau berkontribusi 71% dari total pendapatan. Adapun pendapatan berulang sebesar Rp374 miliar, menyumbang 29% dari keseluruhan pendapatan.
“Kemudian marketing sales sampai dengan Oktober 2023 mencapai sekitar Rp1,3 triliun atau 73% dari target tahun ini,” ujarnya dalam paparan publik, beberapa waktu lalu.
Di sisi lain, Metland mencatatkan beban langsung dan pokok pendapatan sebesar Rp642,05 miliar atau naik 28,96% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Dengan demikian, laba kotor MTLA sepanjang Januari-September 2023 mencapai Rp642,08 miliar. Jumlah ini mencerminkan pertumbuhan sebesar 29,19% secara tahunan.
Adapun, Ciputra Development mencatatkan raihan pendapatan sebesar Rp6,5 triliun sepanjang periode Januari 2023 hingga September 2023.
Berdasarkan laporan keuangan perusahaan per 30 September 2023 yang belum diaudit, pendapatan tersebut mencerminkan penurunan sebesar 8,83% year-on-year (YoY).
Pendapatan bersih tersebut dikontribusikan oleh segmen penjualan yang mencapai Rp5,08 triliun atau melemah 13,30% YoY. Perinciannya, penjualan kavling, rumah, dan ruko menyumbang Rp4,2 triliun, apartemen Rp499 miliar, dan kantor Rp378 miliar.
Seiring dengan realisasi pendapatan, CTRA mencatatkan penurunan beban penjualan hingga 3,72% YoY menjadi Rp3,46 triliun. Dengan demikian, laba kotor yang dirangkum perseroan pada kuartal III/2023 mencapai Rp3,12 triliun atau turun 13,90% YoY.
Setelah diakumulasikan dengan berbagai pendapatan dan beban lain, CTRA menorehkan laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk senilai Rp1,18 triliun, lebih rendah dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu, Rp1,52 triliun.
Di sisi lain, Ciputra Development telah mengantongi realisasi prapenjualan atau marketing sales senilai Rp7,79 triliun sepanjang Januari hingga September 2023. Jumlah ini naik 19% secara tahunan dibandingkan tahun sebelumnya yakni Rp6,55 triliun.
Selama periode tersebut, Ciputra juga mengantongi marketing sales sebesar Rp4,3 triliun dari 2.558 unit produk baru yang diluncurkan perseroan pada tahun ini.
CitraGarden Serpong, misalnya, mencatatkan marketing sales sebesar Rp1,36 triliun dengan total unit terjual sebanyak 984 unit. Ada juga CitraGarden Serpong – La Vallée meraup Rp591 miliar dengan penjualan mencapai 251 unit.
CTRA juga diketahui mengerek target prapenjualan sepanjang tahun ini, dari sebelumnya Rp8,9 triliun menjadi Rp9,8 triliun. Target ini mengalami peningkatan sebesar 19% dari realisasi prapenjualan tahun lalu yang mencapai Rp8,24 triliun.
Kepercayaan diri Ciputra dalam mengerek target prapenjualan tidak terlepas dari upaya ekspansi perseroan ke berbagai wilayah Indonesia. Ekspansi yang ditempuh utamanya dilakukan dalam pengembangan dan penjualan proyek residensial skala township.
CTRA juga mengharapkan pertumbuhan bisnis dari sejumlah lokasi proyek utama, di antaranya Medan dan Makassar. Penjualan lebih besar juga diharapkan datang dari kota-kota metropolitan, seperti Jabodetabek dan Surabaya.
Beberapa proyek baru yang akan diluncurkan CTRA, antara lain Citra City Sentul, CitraGarden Bintaro dan CitraLand Sampali Kota Deli Megapolitan.
______
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.