Bisnis.com, JAKARTA – Prospek saham BSDE, CTRA, PWON, hingga ACES diperkirakan cerah tersengat sejumlah katalis positif pada akhir 2023, akibat meluasnya ruang ekspansi hingga implementasi insentif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) untuk pembelian rumah.
Analis CGS-CIMB Sekuritas Baruna Arkasatyo mengatakan bahwa sepanjang tahun ini beberapa pengembang indonesia mulai keluar dari zona nyaman, dengan fokus ekspansi yang menyasar luar wilayah Jabodetabek dan Surabaya.
Menurutnya, perluasan area ekspansi akan membantu PT Ciputra Development Tbk. (CTRA), PT Summarecon Agung Tbk. (SMRA), dan PT Pakuwon Jati Tbk. (PWON) mencapai pertumbuhan prapenjualan yang lebih tinggi dibandingkan rata-rata industri secara keseluruhan.
Pemberlakuan insentif PPN rumah Ditanggung Pemerintah (DTP) atas penyerahan rumah tapak dan susun dengan harga terbesar Rp5 miliar juga akan menjadi pengungkit kinerja emiten properti.
Sebagaimana diketahui, pemerintah resmi menetapkan insentif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Ditanggung Pemerintah (DTP) atas penyerahan rumah tapak dan satuan rumah susun dengan harga jual paling banyak Rp5 miliar. Ketentuan tersebut diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 120 Tahun 2023 yang mulai berlaku tanggal 21 November 2023.
PPN DTP diberikan atas Dasar Pengenaan Pajak (DPP) maksimal Rp2 miliar yang merupakan bagian dari harga jual paling banyak Rp5 miliar.
Baca Juga
Berdasarkan Pasal 7 PMK ini pula, PPN DTP yang diberikan terbagi atas dua periode. Untuk penyerahan rumah periode 1 November 2023 sampai dengan 30 Juni 2024, PPN ditanggung pemerintah sebesar 100% dari Dasar Pengenaan Pajak (DPP). Untuk penyerahan periode 1 Juli 2024 sampai dengan 31 Desember 2024, PPN ditanggung pemerintah sebesar 50% dari DPP.
Baruna memandang berkat insentif pemerintah pada 2021-2022, emiten properti dapat memperbaiki net gearing. Alhasil, neraca yang lebih sehat membuat perusahaan mampu meningkatkan pendapatan berulang melalui akuisisi atau membangun aset.
“Kontribusi pendapatan berulang yang lebih tinggi dan karena stabilitas pendapatan yang lebih baik, menurut pandangan kami memerlukan penggandaan penilaian yang lebih tinggi,” ujarnya dalam riset yang dikutip pada Rabu (6/12/2023).
Dia pun memposisikan saham CTRA sebagai pilihan utama CGS-CIMB Sekuritas. Hal ini dikarenakan perseroan memiliki peningkatan return on equity (ROE) dan valuasi yang menarik.
“Kami memiliki peringkat Tambah pada CTRA, PWON, BSDE, dan SMRA yang didukung oleh peningkatan pendapatan berulang kontribusi dan ROE sebagai katalis potensial,” tuturnya.
Baruna merekomendasikan saham CTRA dengan target harga Rp1.515 per lembar. Hal ini dikarenakan CTRA diperkirakan meraih pertumbuhan prapenjualan alias marketing sales sebesar 19% atau lebih tinggi dibandingkan para pesaingnya.
Adapun PWON memiliki target harga Rp515 per saham. Baruna mengatakan bahwa perseroan memiliki segudang potensi melalui akuisisi dan pembelian tanah untuk membangun mal baru. Sementara itu, saham SMRA memiliki target harga Rp715 per lembar.
Dari sisi kinerja, CTRA mencatatkan raihan pendapatan sebesar Rp6,5 triliun sepanjang periode Januari – September 2023. Berdasarkan laporan keuangan perusahaan pendapatan tersebut mencerminkan penurunan sebesar 8,83% secara tahunan.
Setelah diakumulasikan dengan berbagai pendapatan dan beban lain, CTRA menorehkan laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk senilai Rp1,18 triliun, lebih rendah dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu, Rp1,52 triliun.
Selanjutnya PWON membukukan laba bersih sebesar Rp1,48 triliun hingga kuartal III/2023, naik 24,82% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu (year-on-year/YoY).
Berdasarkan laporan keuangan per 30 September 2023 yang belum diaudit, peningkatan laba bersih seturut dengan naiknya pendapatan. Sepanjang Januari-September 2023, PWON meraih pendapatan Rp4,56 triliun atau bertumbuh 1,65% YoY.
Adapun SMRA sepanjang periode Januari-September 2023 mencetak laba bersih sebesar Rp653,02 miliar atau melesat 110,87% YoY. Seiring dengan hal itu, pendapatan mencatatkan pertumbuhan sebesar 20,63% YoY menjadi Rp5,08 triliun.
Ace Hardware (ACES) Juga Dapat Berkah Insentif PPN
Pemberlakuan insentif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) untuk pembelian rumah diperkirakan tidak hanya menjadi berkah untuk sektor properti, tetapi juga bagi emiten ritel PT Ace Hardware Tbk. (ACES).
Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Rut Yesika Simak, dalam riset yang dipublikasikan belum lama ini mengatakan bahwa insentif PPN akan mendorong permintaan terhadap produk perbaikan rumah dari ACES.
“Hal ini akan menguntungkan sektor properti dan ritel, di mana segmen perbaikan rumah ACES memberikan kontribusi sebesar 54% terhadap pendapatan tertingginya pada sembilan bulan pertama 2023,” ujarnya bebrapa waktu lalu.
Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, ACES membukukan penjualan sebesar Rp5,49 triliun atau naik dari periode yang sama tahun lalu yakni Rp4,89 triliun. Selama Januari-September 2023, penjualan ACES ditopang oleh segmen produk perbaikan rumah yang membukukan Rp2,91 triliun atau tumbuh 11,43% year-on-year (YoY). Adapun produk gaya hidup menyumbang Rp2,24 triliun, meningkat 13,52% YoY.
Rut menuturkan bahwa ke depan ACES menargetkan integrasi penuh ritel Grup Kawan Lama pada semester I/2024. Hal ini dilakukan dengan menekankan komitmen untuk mengonsolidasikan ekosistem ritel dan mengoptimalkan sinergi.
Sementara itu, pada akhir tahun ini, dia memperkirakan bahwa kinerja pertumbuhan same store sales growth (SSSG) Ace Hardware akan ditopang oleh sentimen libur Natal dan Tahun Baru, serta pelonggaran PPN 11% untuk pembelian rumah baru.
Mirae Asset menyematkan target harga saham sebesar Rp950, dengan valuasi yang tetap menarik di tengah pemulihan menuju profitabilitas ke level sebelum pandemi.
Kinerja Saham
Pada penutupan perdagangan Rabu (6/12/2023), saham ACES terpantau menguat 2,82% atau 20 poin ke level Rp730 per saham Sepanjang sesi, saham ACES bergerak pada rentang Rp705 hingga Rp730 per saham. Dalam sebulan saham ACES terlah terkoreksi 12,05%. Meski begitu, secara year to date (Ytd) saham ACES telah melambung 47,18%.
Sementara itu, saham BSDE terpantau melemah 2,38% atau 25 poin ke level Rp1.025 per saham. Saham BSDE bergerak pada rentang Rp1.025 hingga Rp1.070 sepanjang sesi perdaangan. Dalam sepekan, saham BSDE telah terkoreksi sebesar 5,09%, dan jika ditarik lebih jauh selama 6 bulan, saham BSDE telah turun 12,02%. Hingga berita ini ditulis, kapitalisasi pasar BSDE tercatat sebesar Rp21,70 triliun.
Sama seperti BSDE, saham CTRA juga ditutup melemah 2,13% atau 25 poin ke posisi Rp1.150 per saham pada perdagangan sesi kemarin (6/12). Sepanjang sesi, saham CTRA bergerak pada rentang harga Rp1.145 hingga Rp1.185. Adapun, dalam Sepekan, saham CTRA telah terkoreksi 1,71%. Namun secara year to date saham CTRA telah menguat sebesar 22,34%.
Selanjutnya, saham PWON juga tercatat melemah 0,47% atau 2 poin ke level Rp420 per saham pada penutupan perdagangan Rabu (6/12/2023). Saham PWON bergerak pada rentang Rp240 hingga Rp428 per saham. Kapitalisasi pasar PWON tercatat menembus Rp20,23 triliun hingga berita ini ditulis. Dalam sepekan, saham PWON terkoreksi 0,47%, jika ditarik lebih jauh secara year to date, saham PWON telah turun sebanyak 7,89%.
_________
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.