Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Terhempas Rp15.510 per Dolar AS, Mayoritas Mata Uang Asia Loyo

Nilai tukar rupiah ditutup terkoreksi 0,11% atau 17,50 poin atau Rp15.510 per dolar AS, mayoritas mata uang Asia juga lesu.
Potret wajah Mantan Presiden Sukarno dalam uang lembar Rp100.000 yang berjejer. - Bloomberg/Brent Lewin
Potret wajah Mantan Presiden Sukarno dalam uang lembar Rp100.000 yang berjejer. - Bloomberg/Brent Lewin

Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah melemah bersama mayoritas mata uang Asia di hadapan dolar AS pada perdagangan hari ini, Senin (18/12/2023).

Berdasarkan data Bloomberg pada 15.10 WIB, rupiah terkoreksi 0,11% atau 17,50 poin atau Rp15.510 per dolar AS, sementara indeks dolar AS terpantau juga turun 0,10% atau 0,10 poin ke 102,45.

Adapun yen Jepang melemah 0,27%, dolar Taiwan tergelincir 0,36%, won Korea Selatan melemah 0,07%, dan ringgit Malaysia tertekan 0,59%. Di sisi lain dolar Hong Kong dan dolar Singapura mampu menguat 0,05%.

Analis Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan pernyataan Ketua Federal Reserve Jerome Powell setelah pertemuan Bank Setral pekan lalu ditafsirkan memberikan nada yang lebih dovish. Pengetatan kebijakan moneter kemungkinan besar akan berakhir, dan diskusi mengenai pemangkasan suku bunga akan diperhatikan.

“Para pedagang memperkirakan ekspektasi agresif terhadap penurunan suku bunga, dengan penurunan pertama kemungkinan terjadi pada bulan Maret dan penurunan sebesar 141 basis poin pada Desember tahun depan,” kata Ibrahim dalam risetnya, Senin (18/12/2023).

Presiden Fed Atlanta Raphael Bostic mengatakan pada Jumat pekan lalu bahwa bank sentral AS dapat mulai menurunkan suku bunga sekitar kuartal ketiga tahun 2024 jika inflasi turun seperti yang diperkirakan.

Presiden Fed Chicago Austan Goolsbee juga mengatakan bahwa The Fed mungkin perlu segera mengalihkan fokusnya untuk mencegah peningkatan pengangguran guna memerangi inflasi.

Pada bagian lain, kata Ibrahim, data pada Jumat menunjukkan bahwa produksi di pabrik-pabrik AS meningkat pada November 2023, terangkat oleh rebound dalam produksi kendaraan bermotor setelah berakhirnya pemogokan, namun aktivitas lebih lemah di tempat lain karena manufaktur bergulat dengan pinjaman yang lebih tinggi dan melemahnya permintaan barang.

Dari sentimen domestik, neraca perdagangan Indonesia kembali menorehkan surplus Rp 2,41 miliar pada November 2023. Ini merupakan surplus ke-43 kalinya sejak Mei 2020.

Kendati demikian, nilai surplus perdagangan Indonesia turun jika dibandingkan US$3,48 miliar pada Oktober 2023. Bahkan surplus ini jauh menurun, jika dibandingkan dengan dari US$5,10 miliar pada bulan yang sama tahun 2022.

Capaian surplus pada November ini berada di bawah perkiraan pasar. Pasar memperkirakan surplus neraca perdagangan Indonesia bulan November sekitar US$3 miliar.

“Surplus kali ini sebenarnya lebih rendah dibandingkan sebelumnya. Hal ini seiring dengan penurunan ekspor yang terjadi, imbas penurunan harga komoditas internasional,” kata Ibrahim,

Penurunan surplus perdagangan Indonesia pada November dan potensi surplus pada Desember disebabkan oleh faktor eksternal, yakni penurunan permintaan dunia menyebabkan penurunan Indeks Harga Perdagangan Internasional (IHPI) dan gejolak nilai tukar yang menyebabkan ketidakpastian perdagangan.

IHPI mengalami penurunan dari 175,2 pada Oktober 2023, menjadi 174,5 pada November 2023. Adapun, penguatan nilai tukar dari Rp 15.916 per dolar pada Oktober 2023 menjadi Rp 15.384 per dolar AS pada November 2023.

“Selain itu, faktor geopolitik, perang Rusia dan Ukraina, Israel dan Hamas serta faktor wait and see dari mitra dagang Indonesia menunggu kepastian Pemilu 2024, juga mempengaruhi kinerja perdagangan Indonesia,” jelas Ibrahim.

Ibrahim memprediksi mata uang rupiah akan cenderung fluktuatif namun berpotensi ditutup menguat di rentang Rp15.480-R15.550 per dolar AS pada perdagangan besok, Selasa (19/12/2023).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Farid Firdaus
Editor : Farid Firdaus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper