Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BI Tahan Suku Bunga BI7DRR, Rupiah Dibuka Melemah Tipis

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dibuka melemah pada Jumat (24/11/2023) setelah Bank Indonesia (BI) menahan suku bunga acuan.
Maria Elena,Rizqi Rajendra
Maria Elena & Rizqi Rajendra - Bisnis.com
Jumat, 24 November 2023 | 09:13
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dibuka melemah pada Jumat (24/11/2023) setelah Bank Indonesia (BI) menahan suku bunga acuan. Bisnis/Arief Hermawan P
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dibuka melemah pada Jumat (24/11/2023) setelah Bank Indonesia (BI) menahan suku bunga acuan. Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dibuka melemah pada Jumat (24/11/2023) setelah Bank Indonesia (BI) menahan suku bunga acuan BI7DRR di level 6% kemarin. Rupiah tertekan bersama dengan mata uang Asia lainnya.

Pukul 09.03 WIB, rupiah dibuka turun 15 poin atau 0,10% menjadi Rp15.568 per dolar AS. Indeks dolar AS terkoreksi 0,13% ke level 103,783.

Bersama rupiah, mayoritas mata uang Asia melemah. Won Korea Selatan turun 0,30%, dolar Taiwan turun 0,37%, Malaysia ringgit turun 0,06%, Thailand baht turun 0,27%.

Pada Kamis, (23/11/2023) pukul 15.00 WIB, rupiah ditutup menguat 0,14% atau 22 poin ke level Rp15.553 per dolar AS. Sementara itu, indeks mata uang Negeri Paman Sam terpantau melemah ke posisi 103,66 pada sore ini. 

Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, keputusan BI yang menahan suku bunga acuan atau BI7DRR di level 6% pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI Kamis, (23/11/2023) telah sejalan dengan prediksi konsensus analis.

Selain suku bunga acuan BI7DRR yang ditahan di 6%, suku bunga Deposit Facility sebesar 5,25%, dan suku bunga Lending Facility tetap sebesar 6,75%.

"Memasuki tahun politik, pemerintah akan tetap fokus membangun fondasi untuk mencapai status high income di tahun 2045. Fundamental Indonesia tidak akan berubah hanya karena faktor tahun politik," ujar Ibrahim dalam riset pada Kamis, (23/11/2023).

Di lain sisi, dari sentimen global Bank Sentral AS Federal Reserve masih memberikan sinyal hawkish yang menimbulkan ketidakpastian mengenai kapan bank sentral bermaksud untuk mulai memangkas suku bunga.

Ibrahim mengatakan, ketika The Fed mempertahankan prospek suku bunganya yang lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama, para pelaku pasar mengurangi beberapa spekulasi bahwa Fed akan mulai memangkas suku bunganya paling lambat pada bulan Maret 2024.  

Selain itu, pasar juga mengamati langkah-langkah stimulus lebih lanjut dari pemerintah China, karena Beijing terlihat mempersiapkan lebih banyak dukungan moneter untuk sektor properti yang sedang terpuruk. Fokus saat ini tertuju pada data indeks manajer pembelian China untuk bulan November 2023 yang akan dirilis minggu depan.

"Untuk perdagangan hari ini, mata uang rupiah diprediksi fluktuatif namun ditutup menguat di rentang  Rp15.520- Rp15.600," pungkasnya.

Efek SRBI

Sementara itu, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyampaikan bahwa lelang Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) telah mencapai Rp168,81 triliun hingga 21 November 2023.

Dari jumlah tersebut, Perry menyampaikan aliran investasi portofolio asing telah mencapai Rp27,25 triliun di SRBI.

Perry mengatakan SRBI yang mendapat respons positif dari pasar dan telah menarik inflow ke dalam negeri berhasil mendukung upaya stabilisasi nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian pasar keuangan global yang sangat tinggi.

“Terbukti tadi Rp27,25 triliun [investasi portofolio] masuk dari SRBI asing, itu mendukung stabilitas nilai tukar rupiah,” katanya dalam Konferensi Pers, Kamis (23/11/2023).

Pada kesempatan yang sama, Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Destry Damayanti menyampaikan bahwa 30% dari total lelang SRBI yang mencapai Rp168,81 triliun telah diperdagangkan di pasar sekunder atau sekitar Rp50 triliun.

Destry mengatakan hal ini menunjukkan bahwa SRBI merupakan instrumen moneter BI yang pro market dan menggerakkan pasar, tercermin dari transaksi di pasar sekunder yang terus meningkat.

“Hal yang menarik sesuai dengan arah kami menerbitkan SRBI, menarik inflow masuk dan sekarang kita melihat asing sudah Rp27,25 triliun atau 15,2%, ini kurang lebih perkembangan dari beberapa instrumen dan kebijakan yang kami lakukan terkait stabilisasi nilai tukar rupiah,” kata Destry.

Adapun, BI menilai nilai tukar rupiah tetap terkendali, tercermin dari penguatan sebesar 1,99% dibandingkan dengan level akhir Oktober 2023.

Secara year-to-date, nilai tukar rupiah tercatat stabil, dengan depresiasi terbatas 0,04% dari level akhir Desember 2022.

Tingkat depresiasi tersebut lebih baik dibandingkan dengan rupee India, baht Thailand, dan ringgit Malaysia yang masing-masing tercatat melemah sebesar 0,70%, 1,70%, dan 5,84%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper