Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tekanan terhadap Nilai Tukar Rupiah Diperkirakan Turun Usai NPI Membaik

Membaiknya defisit Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) diyakini akan menjadi sentimen positif yang akhirnya mengurangi tekanan pada nilai tukar rupiah.
Karyawati menghitung uang rupiah di salah satu kantor cabang PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. di Jakarta, Selasa (16/8/2022). Bisnis/Arief Hermawan P
Karyawati menghitung uang rupiah di salah satu kantor cabang PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. di Jakarta, Selasa (16/8/2022). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA - Membaiknya defisit Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada kuartal III/2023 diyakini akan menjadi sentimen positif yang akhirnya mengurangi tekanan pada nilai tukar rupiah.

Direktur Eksekutif Segara Research Institute Piter Abdullah menilai melandainya defisit NPI merupakan kabar baik karena hal itu mencerminkan redanya aliran modal asing yang keluar, seiring turunnya kekhawatiran terhadap perekonomian global dan domestik. 

"Menurun atau bahkan sudah berbaliknya aliran modal asing berdampak kepada nilai tukar rupiah. Tekanan terhadap rupiah juga semakin menurun," ujarnya saat dihubungi Bisnis, Selasa (21/11/2023).

Melandainya NPI pada kuartal III/2023 setidaknya ditopang oleh defisit neraca transaksi berjalan dan transaksi modal dan finansial yang semakin membaik. 

Perinciannya, neraca transaksi berjalan mencatat defisit US$900 juta atau setara dengan 0,2% dari PDB, turun dibandingkan dengan defisit US$2,2 miliar atau 0,6% dari PDB pada kuartal sebelumnya.

Sejalan dengan itu, transaksi modal dan finansial kuartal III/2023 mencatat defisit US$300 juta atau 0,1% dari PDB, lebih rendah dibandingkan defisit US$4,8 miliar atau 1,4% dari PDB pada kuartal sebelumnya.

Pengamat komoditas dan mata uang Lukman Leong mengatakan membaiknya defisit NPI menjadi sentimen positif bagi pergerakan rupiah. Akan tetapi, hal ini tidak serta-merta menjadi faktor utama yang mempengaruhi gerak rupiah ke depan. 

"Defisit yang lebih rendah tentunya positif bagi rupiah. Namun, seperti yg diketahui pergerakan rupiah maupun mata uang regional dan dunia akhir-akhir ini lebih didominasi oleh sentimen dari dolar AS," kata Lukman.

Dia memperkirakan NPI berpeluang untuk berbalik surplus pada tahun depan karena didorong oleh pemulihan ekonomi global, serta seiring dengan menurunnya suku bunga bank sentral dunia.

Selama pekan ini, Lukman memproyeksikan dolar AS masih akan tertekan di tengah antisipasi sikap dovish dari Ketua The Fed Jerome Powell dalam risalah pertemuan FOMC pada kamis (23/11) dini hari mendatang. 

"Dari domestik, ada Rapat Gubernur BI untuk kebijakan hari Kamis sore. Rupiah masih berpotensi menguat atau paling tidak akan mempertahankan penguatan akhir-akhir ini di rentang Rp15.300-Rp15.500," ucapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper