Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Defisit Neraca Pembayaran RI Membaik, Rupiah Diperkirakan Melejit

Membaiknya defisit Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada kuartal III/2023 dinilai akan menjadi katalis positif bagi pergerakan rupiah.
Dionisio Damara Tonce, Rizqi Rajendra
Selasa, 21 November 2023 | 17:59
Ilustrasi utang pemerintah Indonesia dalam mata uang rupiah dan dolar AS. JIBI/Himawan L Nugraha. rn
Ilustrasi utang pemerintah Indonesia dalam mata uang rupiah dan dolar AS. JIBI/Himawan L Nugraha. rn

Bisnis.com, JAKARTA - Membaiknya defisit Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada kuartal III/2023 dinilai akan menjadi katalis positif bagi pergerakan rupiah. 

Bank Indonesia (BI) melaporkan kinerja NPI pada kuartal III/2023 mencatatkan defisit sebesar US$1,5 miliar. Capaian ini membaik dibandingkan dengan defisit pada kuartal II/2023 yakni US$7,4 miliar.

Pengamat komoditas dan mata uang Lukman Leong mengatakan bahwa membaiknya defisit NPI menjadi sentimen positif bagi pergerakan rupiah. Akan tetapi, hal ini tidak serta-merta menjadi faktor utama yang mempengaruhi gerak rupiah ke depan. 

"Defisit yang lebih rendah tentunya positif bagi rupiah. Namun, seperti yang diketahui pergerakan rupiah maupun mata uang regional dan dunia akhir-akhir ini lebih didominasi oleh sentimen dari dolar AS," ujarnya saat dihubungi Bisnis, Selasa (21/11/2023).

Dia memperkirakan NPI berpeluang untuk berbalik surplus pada tahun depan karena didorong oleh pemulihan ekonomi global, serta sejalan dengan menurunnya suku bunga bank sentral dunia.

Selama pekan ini, Lukman memproyeksikan dolar AS masih akan tertekan di tengah antisipasi sikap dovish dari Ketua The Fed Jerome Powell dalam risalah pertemuan FOMC pada Rabu (22/11/2023) dini hari.

"Dari domestik, ada Rapat Gubernur BI untuk kebijakan hari Kamis sore. Rupiah masih berpotensi menguat atau paling tidak akan mempertahankan penguatan akhir-akhir ini di rentang Rp15.300-Rp15.500," ucapnya.

Pada perdagangan hari ini, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ditutup menguat 0,03% atau 5 poin ke level Rp15.440 per dolar AS. Sementara itu, indeks mata uang AS melemah 0,22% ke posisi 103,21.

Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan pelemahan dolar AS terjadi seiring membaiknya sentimen risiko dan ekspektasi bahwa The Fed akan menghentikan kenaikan suku bunga, sehingga menjadi katalis positif bagi rupiah dan mata uang Asia.

"Hal ini terjadi ketika imbal hasil obligasi AS telah jatuh ke level terendah dalam dua bulan yang mengindikasikan potensi pergeseran arah kebijakan moneter," ujarnya.

Di lain sisi, Bank Sentral Eropa (ECB) kemungkinan masih menaikkan suku bunga meskipun beberapa perkiraan mengantisipasi penurunan suku bunga. 

Sebaliknya, di negeri Paman Sam, data Indeks Harga Konsumen (CPI) yang lebih lemah dari perkiraan menyebabkan pasar mengantisipasi kemungkinan penurunan suku bunga The Fed pada Maret 2024.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper