Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Dibuka Perkasa ke Rp15.486 saat Inflasi AS Melambat

Mata uang rupiah dibuka perkasa dan berada di level Rp15.486 per dolar AS saat Inflasi AS tercatat melambat.
Karyawati menunjukkan mata uang Dolar Amerika Serikat di tempat penukaran uang asing di Jakarta, Rabu (30/8/2023). Bisnis/Suselo Jati
Karyawati menunjukkan mata uang Dolar Amerika Serikat di tempat penukaran uang asing di Jakarta, Rabu (30/8/2023). Bisnis/Suselo Jati

Bisnis.com, JAKARTA – Mata uang rupiah dibuka perkasa dan berada di level Rp15.486 per dolar AS saat Inflasi AS tercatat mereda di Oktober dan The Fed diproyeksikan tidak akan menaikkan suku bunga. 

Berdasarkan data Bloomberg pukul 09.00 WIB, rupiah dibuka menguat 1,33% atau 208 poin ke posisi Rp15.486. Sementara itu indeks dolar terpantau menguat 0,07% ke posisi 104,017. 

Sejumlah mata uang Asia lainnya bergerak bervariasi cenderung menguat terhadap dolar AS. Yen Jepang melemah 0,11%, dolar Singapura turun 0,02%, dan bath Thailand melemah 0,03%. 

Sementara itu mata uang yang ikut menguat bersama rupiah adalah dolar Hong Kong naik 0,01%, dolar Taiwan menguat 0,75%, won Korea hijau 1,94%, peso Filipina naik 0,45%, yuan China naik 0,05% dan ringgit Malaysia hijau 1,10%.

Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi memproyeksikan untuk perdagangan hari ini, mata uang rupiah diperkirakan akan mengalami fluktuasi namun kemungkinan akan ditutup menguat di rentang Rp15.650 hingga Rp15.750

Saat ini, perhatian pasar saat ini difokuskan pada data inflasi Indeks Harga Konsumen utama (CPI) AS yang diumumkan pada Selasa, 14 November 2023, waktu setempat. CPI tersebut diperkirakan akan menunjukkan penurunan inflasi hingga bulan Oktober, mengikuti peningkatan inflasi yang melampaui ekspektasi selama dua bulan sebelumnya.

Pada pemberitaan Bisnis sebelumnya, dalam 12 bulan hingga Oktober, CPI naik 3,2% setelah naik 3,7% pada bulan September, sementara ekonom memperkirakan kenaikan 3,3% pada basis tahun ke tahun. Inflasi inti, tidak termasuk komponen makanan dan energi yang fluktuatif, naik 4,0% dibandingkan perkiraan ekonom yang memperkirakan kenaikan 4,1%

Ibrahim juga mencatat bahwa proyeksi para pejabat Bank Sentral AS, Federal Reserve, telah memperingatkan bahwa tingginya tingkat inflasi dapat mendorong kenaikan suku bunga lebih lanjut dan dapat melemahkan aset-aset berisiko. 

Di sisi lain, kekhawatiran terhadap ekonomi China turut membebani sentimen regional dengan adanya data yang menunjukkan perlambatan lebih lanjut dalam aktivitas pinjaman di negara tersebut hingga Oktober 2023. Meskipun pemerintah China telah mengambil langkah-langkah stimulus baru, likuiditas di Negeri Tirai Bambu juga mengalami penurunan.

Dari segi domestik, Ibrahim melaporkan bahwa Bank Indonesia (BI) memperkirakan adanya peluang melemahnya sejumlah indikator ekonomi makro pada tahun 2024. 

Sementara itu, pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk tahun depan diperkirakan akan berada di kisaran 5% year-on-year (yoy). Ibrahim mencatat bahwa proyeksi pertumbuhan ekonomi ini lebih lambat dibandingkan dengan perkiraan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2023 dalam Anggaran Tahunan Bank Indonesia (ATBI) 2023 yang sebesar 5,01% yoy.

Menanggapi outlook pasar, Ibrahim menyatakan bahwa untuk perdagangan besok, mata uang rupiah diperkirakan akan mengalami fluktuasi namun kemungkinan akan ditutup menguat di rentang Rp15.650 hingga Rp15.750

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Artha Adventy
Editor : Ibad Durrohman
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper