Bisnis.com, JAKARTA – Harga emas hari ini semakin tertekan karena proyeksi Federal Reserve atau The Fed yang lebih hawkish terkait kebijakan suku bunga acuan.
Pada perdagangan Senin (13/11/2023) pukul 15.20 WIB, harga emas spot turun 0,15% atau 2,95 poin menjadi US$1.937,25 per troy ounce. Harga emas Comex kontrak Desember 2023 naik 0,23% atau 4,40 poin ke level US$1.942,10 per troy ounce.
Harga emas meneruskan tren tertekan sejak pekan lalu. Pada penutupan perdagangan Jumat (10/11/2023) harga emas di pasar spot turun 1,09% menjadi US$1.936,70 per troy ounce.
Analisis dari DCFX Andrew Fischer berpendapat, emas masih dalam tren pelemahan dikarenakan pidato Ketua The Fed Jerome Powell minggu lalu, yang masih menunjukkan sikap hawkish. Adapun penurunan lebih dari 1% pada Jumat lalu disebabkan oleh berkurangnya permintaan safe-haven.
Pengaruh sikap hawkish The Fed terhadap harga emas terlihat dari emas batangan yang kehilangan US$70 per troy ons, setelah mencapai level di atas US$2.000 per troy ons dua minggu lalu, seiring meningkatnya ketegangan di Timur Tengah.
Pejabat The Fed pun mengungkapkan ketidakyakinan mereka terhadap kecukupan suku bunga dalam mengatasi inflasi Amerika Serikat (AS) dengan target sebesar 2%. Imbal hasil Treasury AS 10 tahun dan penguatan indeks dolar, membuat emas yang tidak memberikan imbal hasil menjadi kurang menarik bagi investor.
Baca Juga
"Harga emas akan terus diperdagangkan sideways ke level lebih rendah dalam waktu dekat. Kecuali ketika terdapat peningkatan peristiwa geopolitik, laporan ekonomi AS yang lemah, atau jika The Fed menyarankan penurunan suku bunga," kata Fischer.
Perang Israel-Hamas yang belum mencapai eskalasi secara signifikan dari perspektif pasar, imbuh Fischer, juga mendorong selera risiko yang lebih baik dan menarik investasi dari emas.
Sementara itu, dari India, meskipun festival besar meningkatkan permintaan emas fisik, pembelian emas dilaporkan lebih rendah dibandingkan tahun lalu. Hal itu disebabkan oleh harga yang tinggi, sehingga pelanggan enggan untuk membeli emas. Situasi tersebut menunjukkan bahwa faktor-faktor lokal juga berdampak pada dinamika harga emas global.
Fischer memprediksi, emas (XAUUSD) hari ini cenderung menuju kenaikan, tetapi harga emas berpotensi turun dalam waktu mendatang. Penguatan dolar AS diyakini akan menjadi faktor utama yang mempengaruhi pasar emas, selain meredanya konflik di Timur Tengah dan perubahan imbal hasil obligasi AS.
“Meskipun kita melihat kenaikan dalam jangka pendek, tren keseluruhan masih menunjukkan penurunan. Penguatan dolar AS dan faktor-faktor global lainnya akan terus memberikan tekanan pada emas dalam waktu yang lebih panjang.” ungkap Fischer.
Dalam laporan berbeda, Monex Investindo Futures menyebutkan harga emas (XAUUSD) turun lebih dari US$54 sepanjang pekan lalu ke US$1.938,27 per troy ons. Meningkatnya probabilitas kenaikan suku bunga di Amerika Serikat (AS) menjadi penekan utama emas.
Berdasarkan perangkat FedWatch, probabilitas kenaikan suku bunga pada Desember kini mencapai 17%, naik dari sebelumnya 7% saja. Kenaikan tersebut terjadi setelah gubernur bank sentral AS (The Fed) Jerome Powell masih masih bersikap hawkish.
Pada Kamis pekan lalu, Powell mengatakan The Fed masih belum “yakin” apa yang telah dilakukan bisa menurunkan inflasi, sekaligus menegaskan akan kembali menaikkan suku bunga jika diperlukan.
"Alhasil, harga emas terus menurun hingga mencapai level terendah dalam tiga pekan terakhir. Namun, Moody's yang menurunkan outlook utang Amerika Serikat bisa menjadi sentimen positif bagi emas pada perdagangan sesi Asia Senin (13/11/2023)," papar Monex.
Outlook kredit Amerika Serikat yang sebelumnya Aaa stabil diturunkan menjadi Aaa negatif. Moody's menyebutkan perubahan pandangan tersebut akibat membesarnya risiko masalah fiskal yang akan dihadapi negeri Paman Sam. (Daffa Naufal Ramadhan)