Bisnis.com, JAKARTA – Mayoritas emiten konglomerat Hermanto Tanoko dalam konglomerasi Tancorp membukukan kinerja cukup ciamik di tengah kondisi pasar yang cukup volatil. Meskipun bertabur klaim kinerja keuangan yang baik, saham-saham Tanoko justru kurang populer di pasar modal karena dianggap kurang likuid.
Crazy Rich asal Surabaya Hermanto Tanoko sejauh ini tercatat telah mengantarkan tujuh emiten ke pasar modal Indonesia. Perusahaan yang telah meraih pendanaan publik dari Tancorp Group itu adalah PT Avia Avian Tbk. (AVIA), PT Sariguna Primatirta Tbk. (CLEO), PT Caturkarda Depo Bangunan Tbk. (DEPO), PT Jaya Sukses Makmur Sentosa Tbk. (RISE), PT Mega Perintis Tbk. (ZONE), PT Penta Valent Tbk. (PEVE) dan PT Cahayaputra Asa Keramik Tbk. (CAKK).
Kiswoyo Adi Joe, Head of Investment PT Reswara Gian Investa mengatakan secara jangka panjang seharusnya kinerja saham akan berbanding lurus dengan kinerja keuangan emitennya. Namun dalam jangka pendek untuk tujuh saham Tanoko tersedia CLEO dan AVIA yang masih menarik untuk dikoleksi.
“Terlebih CLEO merupakan produsen Air Minum Dalam Kemasan (ADMK) yang namanya sudah tidak asing di Indonesia,” katanya kepada Bisnis, Kamis (9/11/2023).
Saham CLEO disebut akan berada di level Rp600 hingga Rp800 per saham. Sementara untuk AVIA masih berada dalam tren penurunan. Namun ada kemungkinan saham AVIA akan naik saat rencana buyback Rp1 triliun.
Perusahaan cat Avia sebelumnya telah menyebutkan buyback akan dilakukan dengan jumlah maksimal saham yang dibeli sebanyak 1,424 miliar atau sekitar 2,3% dari jumlah modal disetor dan ditempatkan AVIA.
Baca Juga
“Berdasarkan keterbukaan informasi yang disampaikan ke Bursa Efek Indonesia (BEI), AVIA menyiapkan dana pembelian kembali saham sebesar Rp1 triliun,” kata manajemen dalam keterangan tertulis, dikutip Selasa (31/10/2023).
Buyback akan dilaksanakan dalam kurung waktu 18 bulan sejak disetujuinya aksi korporasi tersebut oleh pemegang saham AVIA atau pada rentang waktu 08 Desember 2023 hingga 07 Juni 2025.
Tujuan buyback saham, kata manajemen, untuk menciptakan fleksibilitas yang memungkinkan AVIA memiliki mekanisme untuk menjaga kewajaran dan stabilitas harga saham AVIA jika menurut manajemen AVIA harga saham AVIA tidak mencerminkan kondisi nilai, kinerja, dan fundamental AVIA yang sebenarnya.
Harga saham yang saat ini dinilai belum mencerminkan nilai, kinerja, dan fundamental yang sebenarnya dari AVIA sebagai pemimpin pasar dalam industri cat dekoratif di Indonesia yang memiliki kinerja dan fundamental keuangan yang kokoh, antara lain dengan memperhatikan tingkat Price Earning Ratio (PER) AVIA.
Kinerja Keuangan dan Saham 7 Emiten Tanoko
- PT Avia Avian Tbk. (AVIA)
Emiten produsen cat Avitex ini mengantongi pendapatan sebesar Rp5,16 triliun per September 2023. Capaian ini tumbuh 4,15% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebesar Rp4,95 triliun. Sementara itu, laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk naik 5,56% YoY menjadi Rp1,14 triliun dibandingkan dengan Rp1,08 triliun pada kuartal III/2022.
Adapun pada penutupan perdagangan hari ini, saham AVIA parkir stagnan di level Rp500 per saham. Sepanjang perdagangan saham AVIA bergerak di level Rp496 hingga Rp500 per saham. Secara year to date, AVIA masih mencatatkan kinerja negatif sebesar 20,63%. Adapun kapitalisasi pasar tercatat sebesar Rp30,98 triliun.
- PT Sariguna Primatirta Tbk. (CLEO)
Emiten produsen AMDK merek CLEO membukukan kenaikan penjualan menjadi Rp1,15 triliun hingga akhir kuartal III/2023 atau naik 13,64% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp1,01 triliun. Adapun untuk laba periode berjalan tercatat sebesar Rp204,82 miliar atau naik 35,69% per September 2023 dari sebelumnya sebesar Rp150,94 miliar.
Sementara itu, saham CLEO sepanjang perdagangan bergerak di level Rp650 hingga Rp670 per saham dan parkir di level Rp665 per saham. Adapun secara year to date CLEO mencatatkan return positif sebesar 19,82%. Kapitalisasi pasar tercatat sebesar Rp7,98 triliun.