Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Minyak Menguat usai The Fed Tahan Suku Bunga

Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) kontrak Desember 2023 menguat 0,96% atau 0,77 poin menjadi US$81,21 per barel.
Seorang pekerja berdiri di samping tangki penyimpanan minyak di Pilipinas Shell Petroleum Corp. Shell Import Facility Tabangao (SHIFT) di Batangas City, Filipina. Minyak mentah melemah pada Rabu (16/8/2023) menyusul kekhawatiran terhadap ekonomi China yang berpotensi mengikis permintaan./Bloomberg
Seorang pekerja berdiri di samping tangki penyimpanan minyak di Pilipinas Shell Petroleum Corp. Shell Import Facility Tabangao (SHIFT) di Batangas City, Filipina. Minyak mentah melemah pada Rabu (16/8/2023) menyusul kekhawatiran terhadap ekonomi China yang berpotensi mengikis permintaan./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak mentah menguat seiring dengan penguatan pasar keuangan setelah pengumuman suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS) yakni Federal Reserve (The Fed). 

Berdasarkan data Bloomberg, Kamis (2/11/2023), harga minyak West Texas Intermediate (WTI) kontrak Desember 2023 menguat 0,96% atau 0,77 poin menjadi US$81,21 per barel pada pukul 14.01 WIB. Kemudian, harga minyak Brent kontrak Januari 2024 menguat 0,90% atau 0,76 poin ke US$85,39 per barel.

Harga minyak mentah WTI telah mendekati harga US$81 per barel. Kemudian, minyak mentah Brent juga naik tembus US$85 per barel setelah mengalami penurunan sekitar 5% selama tiga sesi sebelumnya. 

The Fed telah mempertahankan suku bunga acuan stabil dalam 22 tahun pada kisaran 5,25%-5,5% pada pertemuan kedua yang dihelat pada 31 Oktober-1 November 2023. Adapun, The Fed juga mengisyaratkan bahwa kenaikan imbal hasil Treasury jangka panjang baru-baru ini mengurangi dorongan untuk menaikkan suku bunga lagi. 

Perang Israel-Hamas masih terkendali. Beberapa pengungsi juga diizinkan untuk melarikan diri dari pertempuran di Gaza dan masuk ke Mesir. Kesepakatan yang dimediasi oleh Qatar memerlukan persetujuan antara Israel, Mesir dan Hamas. 

Adapun, Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden juga meminta jeda dalam pertempuran, untuk membebaskan sandera yang ditahan di Gaza namun tidak mendukung gencatan senjata penuh. 

Minyak mentah kini telah kehilangan premi perangnya karena ketakutan konflik akan meluas dan mengganggu pasokan minyak sejauh ini gagal terjadi, dengan harga opsi minyak mencerminkan risiko eskalasi yang lebih kecil. 

Hal ini mendorong pergeseran perhatian pada tanda-tanda melemahnya prospek permintaan global. Diketahui bahwa sektor manufaktur di China, selaku pengimpor minyak mentah terbesar, kembali berkontraksi pada Oktober 2023. 

Ahli strategi pasar di Saxo Capital Markets Pte di Singapura, Charu Chanana menuturkan bahwa meskipun minyak masih menghadapi dampak perang dari Israel-Hamas, pesan The Fed yang tidak terlalu hawkish mendorong prospek pertumbuhan. 

“Ketika bank sentral utama mengambil sikap dovish, harga minyak mentah mungkin mendapat dukungan, namun belum ada yang siap untuk membicarakan penurunan suku bunga,” jelasnya.  

Menurut data Administrasi Informasi Energi, stok nasional AS untuk minggu kedua berturut-turut meningkat sebesar 773.000 barel. Persediaan di pusat penyimpanan minyak Cushing, Oklahoma juga meningkat. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper