Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat hari ini, Rabu (1/11/2023), diprediksi cenderung melemah jelang keputusan The Fed terkait kebijakan suk buna.
Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi memperkirakan rupiah akan bergerak berfluktuatif, tetapi ditutup melemah di rentang Rp15.870-Rp15.950 per dolar AS hari ini.
Sebelumnya rupiah ditutup menguat 0,03% ke Rp15.884,5 per dolar AS pada Selasa (31/10/2023). Adapun indeks dolar AS menguat 0,08% ke 106,20.
Bersamaan dengan rupiah, won Korea Selatan naik 0,01%, peso Filipina naik 0,24%, dan dolar Taiwan naik 0,02%.
Sementara itu, yen Jepang turun 0,85%, dolar Singapura turun 0,17%, dolar Hong Kong turun 0,04%, rupee India turun 0,01%, yuan China turun 0,10%, ringgit Malaysia turun 0,04%, dan baht Thailand turun 0,11%.
Ibrahim Assuaibi mengatakan sentimen datang dari data ekonomi Tiongkok menunjukkan penurunan tak terduga dalam aktivitas bisnis, sementara yen Jepang jatuh setelah Bank of Japan mempertahankan kebijakan ultra dovish-nya.
Baca Juga
Sebagian besar investor juga tetap gelisah menjelang kesimpulan pertemuan Federal Reserve pada hari Rabu.
Meskipun bank sentral diperkirakan akan mempertahankan suku bunganya, bank sentral juga kemungkinan akan mengulangi sikapnya yang lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama. Hal ini menurut Ibrahim merupakan skenario baik bagi dolar dan buruk bagi mata uang Asia.
Adapun Bank BOJ mempertahankan suku bunga negatif, dan hanya membuat sedikit perubahan pada kebijakan pengendalian kurva imbal hasil (YCC).
Bank sentral Jepang mengatakan akan memberikan lebih banyak fleksibilitas dalam YCC-nya, yang berpotensi membiarkan imbal hasil obligasi bergerak di atas batas 1%. Namun, hal ini sebagian besar mengecewakan pasar yang mengharapkan langkah BOJ yang lebih agresif.
Sementara itu, dari dalam negeri pasar merespons positif setelah mencermati sektor keuangan Indonesia tetap stabil dan mampu menghadapi di tengah gejolak global, seperti meningkatnya suku bunga tinggi di Amerika Serikat (AS) yang berkepanjangan dan tensi geopolitik yang memanas.
Tetap stabilnya sektor jasa keuangan didorong dari mampunya Indonesia dalam memitigasi dari ketidakpastian global.
Terjaganya permodalan yang kuat, kondisi likuiditas yang memadai, dan profil risiko yang terjaga, meningkatkan optimisme sektor jasa keuangan yang mampu memitigasi risiko dari meningkatnya ketidakpastian global baik dari terminologi higher for longer suku bunga global, maupun tensi geopolitik.
Dari tensi geopolitik, memanasnya konflik Israel dan Hamas yang berpotensi mempengaruhi ekonomi dunia secara signifikan terutama jika terjadi eskalasi di Timur Tengah yang lebih luas. Kemudian, membaiknya pasar tenaga kerja dan inflasi yang tetap konsisten tinggi di Amerika Serikat (AS), telah mendorong meningkatnya aksi jual (share off) pasar obligasi di salah satu negara ekonomi terkuat dunia tersebut.
Kenaikan hasil obligasi AS (yield US Treasury) telah meningkatkan keluarnya modal dari pasar negara berkembang (emerging market) termasuk Indonesia dalam mendorong pelemahan pada nilai tukar dan pasar obligasi yang signifikan.
Simak pergerakan rupiah terhadap dolar AS hari ini secara live.
Rupiah ditutup melemah 51 poin atau 0,32% menjadi Rp15.935,5 per dolar AS.
Indeks dolar AS naik 0,10% ke level 106,772.
Pukul 13.30 WIB, rupiah turun 58,5 poin atau 0,37% menjadi Rp15.943 per dolar AS.
Indeks dolar AS naik 0,05% ke level 106,721.
Pukul 10.00 WIB, rupiah anjlok 63 poin atau 0,40% menjadi Rp15.947,5 per dolar AS.
Rupiah menjadi yang kedua terlemah di Asia, setelah won Korea Selatan yang turun 0,50%.
Rupiah dibuka melemah 52 poin atau 0,33% menjadi Rp15.936,5 per dolar AS pada pukul 09.05 WIB
Indeks dolar AS naik 0,08% ke level 106,752.