Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Emiten CPO Dharma Satya (DSNG) Cetak Laba Bersih Rp502,6 Miliar

Dharma Satya Nusantara (DSNG) membukukan penurunan laba bersih hingga 43% menjadi Rp502,6 miliar hingga akhir kuartal III/2023.
Pekerja menata kelapa sawit saat panen di kawasan Kemang, Kabupaten Bogor, Minggu (30/8/2020). Badan Litbang Kementerian ESDM memulai kajian kelayakan pemanfaatan minyak nabati murni (crude palm oil/CPO) untuk pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) hingga Desember 2020. Bisnis/Arief Hermawan P
Pekerja menata kelapa sawit saat panen di kawasan Kemang, Kabupaten Bogor, Minggu (30/8/2020). Badan Litbang Kementerian ESDM memulai kajian kelayakan pemanfaatan minyak nabati murni (crude palm oil/CPO) untuk pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) hingga Desember 2020. Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA - Emiten CPO PT Dharma Satya Nusantara Tbk. (DSNG) membukukan penurunan pendapatan dan laba bersih selama 9 bulan 2023. Laba bersih DSNG tercatat turun hingga 43% menjadi Rp502,6 miliar hingga akhir September 2023.

DSNG mencatatkan pendapatan sebesar Rp6,56 triliun, turun tipis 0,3% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp6,58 triliun. 

Manajemen DSNG menjelaskan segmen kelapa sawit masih menjadi kontributor utama pendapatan DSNG dengan menyumbang 88% dari total pendapatan atau setara dengan Rp5,8 triliun, naik 7% dibandingkan pendapatan kelapa sawit pada periode yang sama tahun lalu.

Capaian ini didorong oleh peningkatan produksi CPO yang mengalami kenaikan sebesar 7,5% secara YoY, yang dipicu oleh membaiknya produktivitas Tandan Buah Segar (TBS) DSNG, khususnya pada kuartal III/2023. 

Pada sembilan bulan 2023, produksi TBS DSNG naik 5,5% dibandingkan tahun lalu. Secara kuartalan, baik kebun inti maupun plasma mengalami peningkatan produktivitas yang signifikan, dengan kenaikan sebesar 14,5% untuk kebun inti dan 16,4% untuk plasma.

Produksi CPO, Palm Kernel (PK) dan Palm Kernel Oil (PKO) DSNG juga mengalami peningkatan, masing-masing sebesar 11%, 13%, dan 11%. Selain itu, OER pun menunjukkan peningkatan dari 22,84% pada kuartal II/2023 menjadi 23,50% pada kuartal III/2023, meskipun dibandingkan tahun sebelumnya OER hingga September tahun 2023 lebih rendah 0,5%.

Harga rata-rata penjualan (average selling price/ASP) CPO juga lebih baik pada tahun ini senilai Rp 11,5 juta/ton.

Meskipun demikian, peningkatan pendapatan DSNG dalam periode ini juga diimbangi dengan meningkatnya biaya pokok penjualan sebesar 11%, atau sekitar Rp 4,9 triliun. Peningkatan biaya ini terutama disebabkan oleh kenaikan biaya pupuk, baik dari segi harga pupuk global maupun volume.

“Belum berakhirnya perang Rusia dan Ukraina menyebabkan harga pupuk masih berfluktuasi. Sepanjang sembilan bulan pertama tahun ini, cost of sales meningkat 11% dibandingkan periode yang sama tahun lalu,” kata Direktur Utama Dharma Satya Nusantara Andrianto Oetomo dalam keterangan resminya, Selasa (31/10/2023).

Kenaikan biaya pokok penjualan ini ikut berkontribusi pada penurunan laba bersih DSNG sebesar 43% menjadi Rp502,6 miliar, dari sebelumnya sebesar Rp893,1 miliar. Hal ini juga membuat penurunan EBITDA DSNG sebanyak 24% menjadI Rp1,6 triliun.

Manajemen melanjutkan, kondisi pasar produk kayu juga belum menunjukkan kinerja terbaiknya saat ini, dengan pendapatan turun 33% menjadi Rp800 miliar. Tingkat suku bunga yang cenderung bertahan tinggi di negara-negara tujuan ekspor seperti Amerika Serikat, Kanada, Uni Eropa, dan Jepang sangat berpengaruh terhadap lesunya pasar properti di negara-negara tersebut, yang kemudian berdampak pada turunnya permintaan produk kayu DSNG.

Walaupun demikian, penjualan kayu DSNG pada setiap kuartal di sepanjang tahun 2023 terus menunjukkan peningkatan, dengan penjualan untuk produk panel dan engineered flooring di kuarter ketiga tahun 2023, masing-masing meningkat sebesar 18% dan 6% QoQ. 

Namun, apabila dibandingkan dengan pencapaian tahun 2022, penjualan produk panel dan engineered flooring lebih rendah masing-masing sebesar 18,2% dan 40,4%.

Sementara itu, DSNG masih mengalami pertumbuhan total aset sebesar Rp650 milyar atau 4%, yang didorong oleh peningkatan saldo kas, persediaan dan aset tetap hasil realisasi belanja modal. Sedangkan total liabilitas tercatat naik 6% menjadi Rp7,6 trilliun seiring peningkatan pinjaman modal kerja perbankan dan dampak translasi selisih kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat pada pinjaman bank dalam denominasi dolar seiring melemahnya mata uang Rupiah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper