Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Indeks Bisnis-27 Dibuka Merah Terbebani Pelemahan Saham DSNG, AKRA & KLBF

Indeks Bisnis-27 dibuka di zona merah pada perdagangan hari ini, Senin (7/7/2025), terbebani pelemahan saham DSNG, AKRA hingga KLBF.
Investor mengamati layar yang menampilkan pergerakan harga saham di Jakarta, Rabu (Rabu (7/5/2025). Bisnis/Arief Hermawan P
Investor mengamati layar yang menampilkan pergerakan harga saham di Jakarta, Rabu (Rabu (7/5/2025). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA – Indeks Bisnis-27 dibuka melemah pada perdagangan hari ini, Senin (7/7/2025). Sejummlah saham di dalam indeks seperti DSNG, AKRA, hingga KLBF melaju di jalur merah.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia pada pukul 09.12 WIB, indeks hasil kerja sama Bursa dengan Harian Bisnis Indonesia dibuka melemah ke level 484,58 atau terkoreksi 0,16%. Dari 27 konstituen, sebanyak 5 saham menguat, 16 melemah, dan 6 stagnan.

Pelemahan indeks dipimpin oleh saham PT Dharma Satya Nusantara Tbk. (DSNG) yang terkoreksi 1,90% ke Rp775. Di belakangnya, saham PT AKR Corporindo Tbk. (AKRA) melemah 1,26% ke Rp1.175 dan saham PT Kalbe Farma Tbk. (KLBF) melemah 0,99% ke Rp1.500.

Selain itu, saham PT Perusahaan Gas Negara Tbk. (PGAS) melemah 0,93% ke Rp1.590, saham PT United Tractors Tbk. (UNTR) melemah 0,81% ke Rp21.375, saham PT Mitra Adiperkasa Tbk. (MAPI) melemah 0,81% ke Rp1.230, dan saham PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk. (MIKA) melemah 0,77% ke Rp2.580.

Sebaliknya, sejumlah saham yang menguat antara lain PT Barito Pacific Tbk. (BRPT) yang terapresiasi 2,26% ke Rp1.585, saham PT Mayora Indah Tbk. (MYOR) menguat 0,93% ke Rp2.160, dan saham PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS) menguat 0,78% ke Rp2.570.

Selain itu, saham PT Surya Citra Media Tbk. (SCMA) juga menunjukkan penguatan 0,68% ke Rp149, saham PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk. (INKP) menguat 0,47% ke Rp5.400, saham PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk. (AMRT) menguat 0,43% ke Rp2.340, dan saham PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM) menguat 0,38% ke Rp2.640.

Sementara itu, sejumlah saham terpantau bergerak di tempat, seperti PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI), PT Medikaloka Hermina Tbk. (HEAL), PT Indosat Tbk. (ISAT), dan PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk. (SIDO).

Sebelumnya, Head of Research Phintraco Sekuritas Valdy Kurniawan mengatakan pergerakan IHSG masih cenderung terbatas di tengah sikap wait and see investor terhadap sejumlah agenda penting.

“Pasar masih menantikan kepastian kesepakatan dagang antara Indonesia dan Amerika Serikat serta proses listing saham-saham baru yang dijadwalkan berlangsung pekan depan,” kata Valdy dalam riset harian, dikutip Minggu (6/7/2025).

Dengan kondisi itu, dia memproyeksikan IHSG akan bergerak dalam rentang support di level 6.800 dan resistance 6.950 dengan level pivot di 6.900 pada awal pekan depan.

Hari ini, Phintraco merekomendasikan saham PT Merdeka Battery Materials Tbk. (MBMA), PT Samudera Indonesia Tbk. (SMDR), PT Remala Abadi Tbk. (DATA), PT PP London Sumatra Indonesia Tbk. (LSIP), dan PT Solusi Sinergi Digital Tbk. (WIFI).

Untuk diketahui, delapan perusahaan telah memulai masa penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO) selama periode 2–8 Juli 2025. Penawaran tersebut berasal dari berbagai sektor, mulai dari bahan baku, keuangan, hingga logistik.

Delapan calon emiten tersebut adalah PT Asia Pramulia Tbk. (ASPR), PT Chandra Daya Investasi Tbk. (CDIA), PT Indokripto Koin Semesta Tbk. (COIN), PT Prima Multi Usaha Indonesia Tbk. (PMUI), PT Merry Riana Edukasi Tbk. (MERI) , PT Diastika Biotekindo Tbk. (CHEK), PT Trimitra Trans Persada Tbk. (BLOG), dan PT Pancaran Samudera Transport Tbk. (PSAT).

Di sisi lain, ketegangan dagang antara AS dan sejumlah negara mitra menjadi perhatian pelaku pasar menjelang tenggat waktu 9 Juli 2025 yang ditetapkan Presiden Donald Trump.

Ekonom Panin Sekuritas Felix Darmawan menjelaskan bahwa jika AS benar-benar menaikkan tarif atau memperketat kebijakan perdagangannya, hal tersebut dikhawatirkan dapat menekan sejumlah sektor di Indonesia yang berorientasi ekspor.

“Jika AS benar-benar menaikkan tarif atau memperketat kebijakan dagangnya, hal ini bisa menekan sektor-sektor yang terpapar ekspor, seperti otomotif, tekstil, atau komoditas tertentu,” kata Felix, Jumat (4/7/2025).

________

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper