Bisnis.com, JAKARTA - Harga emas global berpotensi menyentuh level psikologis US$2.000, bahkan menanjak hingga US$2.100 seiring dengan konflik geopolitik Israel-Hamas yang meluas. Di sisi lain, pelaku pasar mengabaikan rencana Federal Reserve (The Fed) mengerek suku bunga lanjutan.
Syaiful Bachri, Senior Analyst PT Rifan Financindo Berjangka, menyampaikan saat ini Perang Hamas vs Israel menjadi sentimen utama yang diperhatikan pelaku pasar. Oleh karena itu, investor memburu aset safe haven seperti emas alih-alih dolar AS.
"Hal in membuat harga emas global meningkat. Begitu juga dengan emas Antam yang telah menembus rekor tertinggi Rp1,1 juta per gram. Tentunya emas berjangka lebih berfluktuatif dengan risiko dan return yang lebih tinggi dibandingkan dengan emas fisik," paparnya, Jumat (27/10/2023).
Pada perdagangan hari ini pukul 16.50 WIB, harga emas spot naik 0,13% menjadi US$1.987,19 per troy ounce, sedangkan emas Comex kontrak Desember 2023 naik 0,01% ke level US$1.997,60 per troy ounce.
The Fed menaikkan suku bunga acuan 25 basis poin ke kisaran 5,25%-5,50% pada Juli 2023 sehingga imbal hasil obligasi bertenor panjang telah melonjak. Bahkan, ada kemungkinan The Fed mengerek suku bunga lanjutan pada pertemuan FOMC awal November 2023.
Sinyal kenaikan suku bunga The Fed semakin menguat seiring dengan lonjakan ekonomi AS. Pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat melesat pada kuartal III/2023 dengan laju tercepat sejak kuartal IV/2021.
Baca Juga
Berdasarkan data pemerintah AS yang dirilis Kamis, (26/10/2023), produk domestik bruto (PDB) AS meningkat 4,9% pada kuartal III/2023 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy).
Pertumbuhan PDB ini berada di atas proyeksi pasar yang memperkirakan PDB tumbuh 4,3% dan jauh lebih tinggi dari pertumbuhan PDB kuartal II/2023 sebesar 2,1%. Melesatnya ekonomi AS mengindikasikan The Fed akan kembali mengerek suku bunga acuan.
Menurut Syaiful meski The Fed kembali mengerek suku bunga acuan, harga emas masih berpeluang menembus level psikologis US$2.000. Bahkan, selanjutnya harga emas berpotensi menembus level tertinggi US$2.072, kemudian mengincar US$2.100.
"Sentimen utama emas masih perang Israel-Hamas, dibandingkan The Fed. Saat gejolak perang, emas naik dari US$1.810, sampai ke US$1.990. Beberapa analis bahkan menyebut US$2.000 bisa menjadi level support kuat baru untuk menuju US$2.100," jelasnya.
Namun demikian, saat ini dalam waktu dekat harga emas berada pada masa jenuh beli. Investor masih dapat melakukan akumulasi sebelum harga emas naik lagi. Apalagi awal tahun depan ada momentum Imlek, yang berpeluang meningkatkan permintaan emas.