Bisnis.com, SURABAYA - PT Gunawan Dianjaya Steel Tbk (GDST) akan terus mencoba peluang pasar ke Eropa serta meningkatkan ekspor eksisting ke Singapura dan Malaysia guna mendorong kinerja penjualan ekspor ke depan.
Direktur GDST, Hadi Sutjipto mengatakan penjualan GDST di pasar ekspor di Sepanjang Januari-Agustus 2023 tercatat sebesar Rp33,3 miliar atau terjun bebas hingga -92,02% dibandingkan periode sama 2022. Secara volume juga turun -91,24%, dari 25.775 MT menjadi 2.258 MT.
"Secara kinerja memang tampak turun banyak sekali, tetapi sebenarnya capaian tahun ini kembali normal seperti dulunya yang selama ini banyak diserap pasar di Singapura dan Malaysia,” ujarnya dalam paparan publik, Kamis (19/102/2023).
Dia menjelaskan, pada tahun lalu kinerja penjualan ekspor GDST mampu mencapai Rp360,2 miliar. Hal ini disebabkan karena ada permintaan pasar di Eropa yang sangat besar, imbas dari perang Rusia - Ukraina.
“Ketika itu Rusia - Ukraina tidak bisa menyuplai baja ke Eropa, sehingga Eropa panik lalu mencari barang sampai ke Indonesia. Nah saat itu lah ada permintaan extraordinary hingga 15.000 ton yang kami ekspor ke Jerman dan Spanyol melalui pelabuhan Belgia,” jelasnya.
Selain dengan jumlah yang sangat banyak, lanjut Sutjipto, saat itu harga baja juga sangat bagus sehingga mempengaruhi kinerja GDST pada 2022. Hanya saja, persaingan pasar ekspor semakin ketat dengan masuknya produk dari China, Korea Selatan dan Jepang ke Eropa. Kondisi ini membuat harga baja kembali turun dan kurang menarik lagi.
Baca Juga
Sutjipto melanjutkan, banyak negara yang juga menerapkan pengenaan bea masuk anti dumping untuk melindungi industri sejenis seperti Amerika Serikat, Kanada, Australia dan Meksiko yang secara historis GDST sudah masuk ke negara itu sejak 1990-an.
“Hal itu lah yang membuat kinerja ekspor kita turun, tetapi sebetulnya kembali normal. Kami akan tetap mengandalkan Singpaura dan Malaysia karena mereka pasar rutin kami,” imbuhnya.
Adapun secara total kinerja penjualan GDST selama Januari - Agustus 2023 mencapai Rp1,6 triliun, dan laba setelah pajak Rp174,5 miliar atau 10,6% dari penjualan. Capaian itu turun -9,28% dibandingkan periode sama tahun lalu yang mencapai Rp1,8 triliun. Penurunan ini terutama disebabkan pasar ekspor.
“Tahun ini seharunya penjualan ditargetkan Rp2,6 triliun, dan laba setelah pajak Rp130 miliar. Namun kami proyeksikan penjualan sampai Desember nanti akan mencapai 92% dari target atau Rp2,4 triliun,” imbuh Sutjipto.