Bisnis.com, JAKARTA - Memasuki kuartal IV/2023, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi akan kembali menembus level psikologis 7.000 hingga akhir 2023. Sederet sentimen domestik maupun global pun menjadi amunisi untuk penguatan IHSG.
Pada perdagangan terakhir kuartal III/2023, IHSG parkir di level 6.939,89 atau menguat 0,03 persen pada Jumat, (29/9/2023). Namun, sepanjang 2023, IHSG hanya menguat 1,29 persen secara year-to-date (ytd) dari posisi 6.850,98 pada 2 Januari 2023.
Sepanjang tahun ini pula, IHSG terpantau baru dua kali ditutup di atas level 7.000 pada akhir perdagangan. Pertama, pada Rabu, (20/9) IHSG parkir di posisi 7.011,68, kemudian pada Jumat, (22/9) level penutupan indeks komposit berada di 7.016,84.
Head of Equity Sinarmas Asset Management Triwira Tjandra memproyeksikan IHSG dapat menembus level 7.500 hingga akhir tahun, terutama didorong sentimen menjelang Pemilu 2024 yang menguntungkan saham di sektor-sektor tertentu.
"Tingkat likuiditas yang melimpah menjelang pemilu akan mendorong konsumsi akan menguntungkan sektor saham konsumsi dan telekomunikasi. Serta pertumbuhan kredit perbankan baik untuk saham emiten perbankan," ujar Wira kepada Bisnis dikutip Minggu, (1/20/2023).
Kendati demikian, terdapat sentimen negatif bagi sektor konsumsi karena peningkatan harga sejumlah komoditas akibat el nino dapat menekan margin keuntungan. Di lain sisi, dia mengatakan masih ada peluang untuk saham di sektor komoditas yang berkaitan dengan minyak dan batu bara.
Baca Juga
"Saat ini earning yield IHSG berada pada level 7,5 persen, lebih menarik dari yield obligasi pemerintah 10 tahun yang saat ini berada pada 6,9 persen. Dengan katalis tersebut, IHSG kami perkirakan IHSG dapat mencapai level 7.500 pada akhir tahun," pungkas Wira.
Senada, Direktur Panin Asset Management Rudiyanto juga menyematkan pandangan optimistis untuk IHSG yang diprediksi tembus level 7.400 hingga akhir 2023.
Menurutnya, salah satu faktor yang dapat mendukung penguatan IHSG yaitu laporan keuangan emiten-emiten yang diperkirakan masih akan menorehkan kinerja baik pada kuartal III/2023.
"Kalau kita lihat perusahaan energi yang tadinya mencetak laba besar pada 2022 mengalami penurunan keuntungan pada 2023, namun masih tetap untung. Selain perusahaan energi, perbankan juga diperkirakan masih akan menghasilkan keuntungan di tahun ini," kata Rudi kepada Bisnis.
Lebih lanjut Rudi mengatakan tren suku bunga global dan domestik diperkirakan akan menurun pada 2024 yang juga akan menjadi sentimen positif untuk pasar modal Indonesia.
"Diperkirakan dana investor asing akan kembali masuk ke Pasar Modal Indonesia setelah ada kejelasan mengenai arah suku bunga acuan dari The Fed," ujarnya.
Sebagaimana diketahui, Bank Sentral AS Federal Reserve atau The Fed masih menahan suku bunga di level 5,25 persen-5,5 persen pada FOMC September. Namun para pejabat The Fed memproyeksikan kenaikan suku bunga satu kali lagi hingga akhir tahun ke level 5,75 persen.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.