Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah yang bergerak lebih tinggi menimbulkan dampak ke seluruh dunia karena pasokan berkurang di tengah meningkatknya selera terhadap minyak dan produk turunan minyak bumi, sehingga berpotensi mempersulit tugas para bank sentral dalam upaya mengendalikan inflasi.
Di sisi lain, Badan Energi Internasional (IEA) mengadakan tiga acara pekan ini di Paris yang fokus terhadap transasisi energi, termasuk satu acara tentang sumber daya mineral penting pada Kamis (28/9/2023).
Berikut lima fakta penting yang perlu dipertimbangkan di pasar minyak pekan ini:
1. Harga Minyak
Ketika harga minyak mentah global naik, pertanyaan kini menjadi semakin terfokus pada kapan – bukan apakah – harga akan kembali ke angka US$100 per barel.
Meskipun tingkat tersebut bermanfaat bagi produsen, kekhawatirannya adalah konsumen akan mulai merasakan dampaknya di tengah tekanan inflasi lainnya, yang pada gilirannya dapat berdampak pada prospek pertumbuhan global dan pada akhirnya membalikkan kenaikan harga yang baru-baru ini terjadi.
Mengutip Bloomberg, Senin (25/9/2023), saat ini pengurangan produksi yang dilakukan oleh Arab Saudi dan Rusia terus memperketat pasokan pada saat konsumsi melonjak ke rekor tertinggi, sehingga menciptakan persaingan yang lebih besar di pasar untuk mendapatkan barel yang tersedia. Hal ini telah meningkatkan harga minyak untuk pengiriman jangka pendek dibandingkan kontrak jangka pendek.
2. Persediaan Minyak
Stok minyak mentah di pusat penyimpanan terbesar AS di Cushing, Oklahoma, semakin mendekati tingkat yang sangat rendah. Penurunan selama enam minggu telah menghabiskan cadangan minyak menjadi 22,9 juta barel, tidak jauh dari batas 20 juta-22 juta barel yang dianggap penting oleh sebagian besar analis dalam menjaga integritas operasional fasilitas tersebut.
Baca Juga
Karena Cushing adalah titik pengiriman minyak mentah berjangka AS, para pedagang membayar mahal agar West Texas Intermediate dikirimkan lebih cepat karena berkurangnya persediaan. Jika laporan mingguan Badan Informasi Energi AS pada Rabu menunjukkan penurunan lebih lanjut, diperkirakan premi akan bergerak tinggi.
3. Minyak Serpih
Meningkatnya harga energi memberikan sorotan baru pada produksi minyak mentah dari cadangan minyak serpih AS, namun hal ini bukanlah kabar baik.
Penurunan produksi minyak semakin cepat, dengan Badan Administrasi Informasi Energi Amerika Serikat (EIA) memperkirakan penurunan selama tiga bulan berturut-turut pada Oktober 2023 setelah mencapai rekor tertinggi pada Juli 2023. Penurunan harga minyak selama tiga akan menambah tekanan pada ketatnya pasokan global karena harga minyak berjangka berada di kisaran US$90 per barel.
4. Harga Bensin
Kandidat presiden AS dari Partai Republik Ron DeSantis mengumumkan rencana energinya pekan lalu yang mencakup peningkatan produksi minyak dan menurunkan harga bensin menjadi US$2 per galon pada tahun pertamanya menjabat. Hal ini cukup ambisius mengingat AS hanya melihat harga pompa bensin sebesar US$2 secara nominal sebanyak tiga kali dalam 15 tahun terakhir, menurut data EIA.
Menurut Liam Denning dari Bloomberg Opinion, secara riil terakhir kali harga bensin AS mencapai US$2 per galon terjadi pada tahun 2004. Harga minyak melonjak hampir sepanjang dekade setelah itu, memicu ledakan minyak serpih.
Namun dalam prosesnya, banyak dana investor yang terbuang sia-sia – bahkan ketika konsumen akhirnya mendapatkan keuntungan saat harga minyak jatuh pada tahun 2014 – dan dalam lima tahun terakhir telah terjadi pergeseran menuju model bisnis yang lebih berkelanjutan bagi para fracker.
Denning memperingatkan pada akhirnya, visi DeSantis untuk menyediakan bensin seharga US$2 akan hancur oleh bensin seharga US$2 tersebut.
5. Transisi Energi
Meskipun terdapat begitu banyak ketidakpastian seputar pasar minyak dan peralihan ke sumber energi yang lebih ramah lingkungan, ada satu hal yang jelas: Upaya dekarbonisasi sektor transportasi bertujuan untuk meningkatkan permintaan logam yang merupakan kunci bagi baterai kendaraan listrik. Litium, nikel, kobalt, mangan, dan grafit sangat penting untuk kinerja baterai dan kepadatan energi, sedangkan tembaga merupakan inti dari semua komponen listrik.
IEA akan menjadi tuan rumah pertemuan puncak pertamanya mengenai sumber daya mineral penting dan perannya dalam transisi energi ramah lingkungan pada Kamis pekan ini di Paris.
Para menteri dari negara-negara di seluruh dunia, termasuk produsen dan konsumen mineral besar, serta para pemimpin bisnis dan investor akan berkumpul untuk membahas diversifikasi rantai pasokan, proses untuk meningkatkan transparansi pasar dan mempromosikan praktik pembangunan berkelanjutan dan bertanggung jawab.