Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ramalan Harga Minyak Mentah sepanjang 2025 dari IEA

Kepala Badan Energi Internasional (IEA) Fatih Birol mengatakan pertumbuhan permintaan yang lambat saat ini sebagian besar didorong oleh kondisi di China.
Tangki penyimpanan minyak di Midland, Texas, AS, pada hari Kamis, 3 Oktober 2024./Bloomberg-Anthony Prieto
Tangki penyimpanan minyak di Midland, Texas, AS, pada hari Kamis, 3 Oktober 2024./Bloomberg-Anthony Prieto

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah diproyeksi masih akan melemah sepanjang tahun ini akibat meningkatnya pasokan global dan rendahnya permintaan akibat perlambatan ekonomi China.

Harga minyak sempat pulih dari level terendah dalam dua pekan terakhir dan diperdagangkan mendekati US$68 per barel. Namun, level ini masih 9% lebih rendah dibanding sebelum Presiden Donald Trump mengumumkan tarif resiprokal terhadap China dan sejumlah negara lain pada 2 April lalu.

Kepala Badan Energi Internasional (IEA) Fatih Birol mengatakan pertumbuhan permintaan yang lambat di pasar global saat ini sebagian besar didorong oleh kondisi di China.

“Jika tak ada kejutan besar lainnya, tekanan penurunan harga minyak kemungkinan masih akan berlanjut,” jelas Birol seperti dikutip Bloomberg, Selasa (23/4/2025).

Birol mengakui masih banyak ketidakpastian yang membayangi pasar. Menurutnya, pergeseran arah kebijakan dalam perang dagang ke arah yang lebih positif bisa meningkatkan prospek ekonomi global, dan pada akhirnya mendongkrak sedikit permintaan energi.

Ia juga menyebut ekspor minyak Iran sebagai variabel tak pasti, terutama karena pembicaraan yang tengah berlangsung antara Teheran dan pemerintahan Trump.

Birol tengah berada di London menghadiri forum yang digelar IEA bersama pemerintah Inggris, yang mempertemukan perwakilan lebih dari 60 negara dan pelaku industri untuk membahas masa depan ketahanan energi global.

IEA yang berbasis di Paris ini dibentuk oleh Amerika Serikat dan negara-negara pengimpor minyak lainnya pada 1970-an untuk memantau dan merespons dinamika energi dunia.

Tahun lalu, lembaga ini sempat menuai kritik dari sebagian anggota parlemen Partai Republik AS karena dianggap terlalu fokus pada transisi energi bersih dan kurang memperhatikan mandat utamanya terkait ketahanan pasokan energi.

Namun Birol menegaskan bahwa pihaknya tetap menjalin hubungan konstruktif dengan pemerintahan Trump dan negara anggota lainnya.

”Pertumbuhan harga permintaan minyak global diperkirakan akan melambat drastis dalam beberapa tahun mendatang, seiring percepatan adopsi kendaraan listrik dan energi terbarukan di berbagai belahan dunia,” pungkasnya.

Adapun pada perdagangan hari ini, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) menguat 1,32% ke level US$64,51 per barel pada pukul 17.09 WIB, sedangkan harga minyak Brent naik 1,26% ke US$68,29 per barel.

Minyak mentah menguat karena kemungkinan mencairnya ketegangan AS-China dan sikap Trump yang lebih lunak terhadap kepala bank sentral Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell.

Sementara itu, American Petroleum Institute melaporkan bahwa stok minyak mentah AS turun minggu lalu.

"Harga minyak juga diuntungkan oleh angin segar dari perubahan hati Trump," kata analis pialang PVM John Evans.

Rebound harga minyak juga didorong oleh spekulasi bahwa pasokan dari Iran akan dibatasi setelah AS mengumumkan sanksi terhadap raja gas minyak cair Seyed Asadoollah Emamjomeh dan jaringan perusahaannya. Pemerintahan Trump sebelumnya berjanji memberikan tekanan maksimum pada Teheran.

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper