Bisnis.com, JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup melemah ke level Rp15.402 pada perdagangan hari ini, Senin, (25/9/2023). Di lain sisi, dolar AS justru perkasa imbas dorongan kebijakan hawkish Federal Reserve (The Fed) pekan lalu.
Seperti diketahui, The Fed masih menahan suku bunga di level 5,25 persen-5,5 persen pada Federal Open Market Committee (FOMC) 19-20 September 2023. Namun, The Fed memberi sinyal masih akan menaikkan suku bunga 25 bps ke level 5,75 persen hingga akhir tahun.
Berdasarkan data Bloomberg dikutip Senin, (25/9/2023) pukul 15.00 WIB, nilai tukar rupiah melemah 0,18 persen atau 27,5 poin ke level Rp15.402. Sedangkan indeks dolar AS justru terpantau menguat 0,07 persen ke posisi 105,65 sore ini.
Sementara itu, mata uang Asia lainnya yang juga melemah terhadap dolar AS misalnya yen Jepang melemah 0,07 persen, dolar Singapura turun 0,11 persen, dolar Taiwan terkoreksi 0,05 persen, rupee India melemah 0,20 persen, yuan China melemah 0,15 persen, dan baht Thailand melemah 0,27 persen.
Di lain sisi, mata uang Asia yang kebal terhadap dolar AS yaitu dolar Hongkong menguat 0,08 persen, won Korea menguat 0,02 persen, peso Filipina naik 0,03 persen, dan ringgit Malaysia naik 0,12 persen.
Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, dolar AS mendapat dorongan usai pertemuan The Fed minggu lalu, setelah memberi sinyal hawkish bahwa suku bunga akan lebih tinggi dalam jangka waktu yang lebih lama.
Baca Juga
"Hal ini sangat kontras dengan negara-negara lain di Inggris dan Swiss yang menghentikan siklus kenaikan suku bunga, sementara Bank of Japan mempertahankan kebijakan moneternya yang sangat akomodatif. Hal ini mengikuti nada yang relatif dovish dari Bank Sentral Eropa pada minggu sebelumnya," ujarnya dalam riset, Senin, (25/9/2023).
Selain itu, kekhawatiran baru muncul dari pasar properti China yang terlilit utang. Raksasa real estat China, Evergrande Group memperingatkan bahwa mereka tidak dapat menerbitkan utang baru karena penyelidikan pemerintah terhadap anak perusahaannya Hengda Real Estate Group.
Hal ini memicu kekhawatiran atas pembekuan utang yang lebih luas di pasar, yang sudah terguncang akibat krisis uang tunai yang parah selama tiga tahun terakhir.
Dari sentimen dalam negeri, pasar terus memantau perkembangan tentang utang pemerintah Indonesia yang terus meningkat. Posisi utang pemerintah hingga 31 Agustus 2023 mencapai Rp7.870,35 triliun.
Jumlah utang pemerintah itu naik Rp633,74 triliun dibandingkan periode yang sama tahun lalu (year-on-year/yoy) dan naik Rp14,82 triliun dibandingkan bulan sebelumnya (month-to-month/mtm).
Dia mengatakan, utang pemerintah terdiri atas dua jenis yakni berbentuk Surat Berharga Negara (SBN) dan pinjaman. Mayoritas utang pemerintah didominasi oleh instrumen SBN yakni 88,88 persen atau sebesar Rp6.995,18 triliun dan sisanya pinjaman 11,12 persen atau sebesar Rp875,17 triliun.
"Untuk perdagangan besok, mata uang rupiah diprediksi fluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp15.390 hingga Rp15.450," pungkas Ibrahim.