Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat ditutup stagnan pada level Rp15.375 pada perdagangan hari ini, Jumat (22/9/2023). Rupiah ditutup stagnan saat mata uang Asia lainnya ditutup mayoritas menguat.
Mengutip data Bloomberg pukul 15.00 WIB, rupiah ditutup stagnan pada level Rp15.375 per dolar AS. Adapun indeks dolar AS menguat 0,17 persen ke 105,53.
Dari Asia, yen Jepang turun 0,51 persen, dolar Singapura naik 0,10 persen, dolar Taiwan turun 0,05 persen, won Korea Selatan naik 0,24 persen, dan peso Filipina naik 0,11 persen.
Kemudian rupee India naik 0,29 persen, yuan China menguat 0,09 persen, ringgit Malaysia naik 0,09 persen, dan baht Thailand naik 0,20 persen.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan sentimen datang dari Bank of Japan yang mempertahankan suku bunga jangka pendek pada angka negatif 0,1 persen dan mengatakan akan melanjutkan kebijakan pelonggaran moneter dan pengendalian kurva imbal hasil untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
"BOJ menyebut meningkatnya ketidakpastian terhadap perekonomian Jepang, terutama karena lemahnya mitra dagang terbesarnya, sebagai alasan utama untuk mempertahankan kebijakan stimulatifnya," kata Ibrahim dalam risetnya, Jumat (22/9/2023).
Baca Juga
Dia melanjutkan, BOJ juga mengatakan akan terus menargetkan pertumbuhan upah yang lebih besar dan bertujuan untuk membantu inflasi mencapai target tahunan sebesar 2 persen. Keputusan tersebut diambil hanya beberapa jam setelah data menunjukkan inflasi indeks harga konsumen Jepang tumbuh sedikit lebih tinggi dari perkiraan bulan Agustus.
Sementara itu, dari Amerika Serikat, The Fed mempertahankan suku bunga tetap stabil pada minggu ini, tetapi memperingatkan bahwa inflasi yang tinggi dapat menyebabkan setidaknya satu kali kenaikan suku bunga lagi pada tahun ini.
The Fed juga memperkirakan kemungkinan akan mempertahankan suku bunga di atas 5 persen hingga tahun 2024, mengecewakan ekspektasi pasar untuk setidaknya empat kali penurunan suku bunga pada tahun depan.
Dari dalam negeri, Ibrahim menuturkan sentimen datang dari Bank Indonesia yang memutukan untuk menahan suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate pada level 5,75 persen. Keputusan menahan suku bunga tersebut konsisten dengan stance kebijakan moneter untuk memastikan inflasi tetap rendah dan terkendali.
Dengan suku bunga yang ditahan ini, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) tetap lebih stabil daripada mata uang negara lain. Meskipun demikian, rupiah masih terdepresiasi sebesar 0,98 persen dibandingkan Agustus 2023.
"Peningkatan ketidakpastian pasar keuangan global menyebabkan nilai tukar rupiah hingga 20 September 2023 secara point-to-point melemah sebesar 0,98 persen dibandingkan dengan level akhir Agustus 2023. Secara year-to-date, nilai tukar rupiah menguat 1,22 persen dari level akhir Desember 2022," tutur Ibrahim.
Ke depan, lanjutnya, stabilitas nilai tukar rupiah diproyeksikan masih tetap terjaga sejalan dengan persepsi positif investor terhadap prospek perekonomian Indonesia, inflasi yang rendah, dan imbal hasil aset keuangan domestik yang menarik.
Untuk perdagangan Senin (25/9/2023) pekan depan, Ibrahim memperkirakan rupiah akan bergerak fluktuatif, tetapi ditutup menguat tipis di rentang Rp15.360-Rp15.410 per dolar AS.