Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IHSG Sesi I Melambung, Saham BBNI, MEDC, META Ikut Membumbung

Seiring dengan penguatan IHSG, saham MEDC, BBNI, dan META terpantau masuk ke dalam daftar saham paling laris siang ini.
Karyawan mengamati pergerakan harga saham di Profindo Sekuritas, Jakarta, Rabu (30/8/2023). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan mengamati pergerakan harga saham di Profindo Sekuritas, Jakarta, Rabu (30/8/2023). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat ke 7.028,86 pada penutupan sesi I perdagangan hari ini, Jumat (22/9/2023). Seiring dengan penguatan indeks, saham MEDC, BBNI, dan META terpantau masuk ke dalam daftar saham paling laris siang ini.

Pada pukul 12.00 WIB, IHSG naik 0,53 persen atau 37,39 poin ke level 7.028,86 pada perdagangan siang ini. IHSG bergerak pada rentang 6.985,95 sampai 7.036,81 sepanjang sesi.

Terdapat 302 saham menguat, 201 saham melemah, dan 234 saham dalam posisi stagnan. Kapitalisasi pasar terpantau menjadi Rp10.435 triliun.

Saham paling laris pada perdagangan kali ini dipimpin oleh PT Medco Energi Internasional Tbk. (MEDC) dengan nilai transaksi mencapai Rp297,3 miliar. Adapun saham MEDC meningkat 5,28 persen ke harga Rp1.595.

Saham terlaris kedua dipegang oleh PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) dengan nilai transaksi sebesar Rp255 miliar. Saham BBNI naik 2,86 persen ke harga Rp9.875.

Pada posisi ketiga saham terlaris diisi oleh PT Nusantara Infrastructure Tbk. (META) dengan nilai transaksi sebesar Rp214,8 miliar. Saham META menguat 23,64 persen ke harga Rp204.

Beberapa emiten Big Caps yang masuk ke dalam daftar saham paling laris di antaranya, saham BBRI yang naik 0,47 persen ke harga Rp5.375. Selanjutnya, saham TLKM yang menguat 1,31 persen ke level Rp3.860. Serta, saham BBCA yang terpantau dalam posisi stagnan di level Rp9.125.

Sementara itu, saham paling anjlok atau top losers hari ini ditempati oleh ICON yang ambles 14,93 persen atau 10 poin ke level 57. Lalu, disusul oleh WIDI yang melemah 9,60 persen atau 12 poin ke posisi 113. Selanjutnya, ada saham BELL dan RELF yang masing-masing turun 9,38 persen ke level 87 dan 9,26 persen ke posisi 49.

Sebelumnya, Analis Binaartha Sekuritas Ivan Rosanova mengatakan apabila hari ini IHSG tidak jatuh di bawah 6.930, maka diperkirakan akan melanjutkan tren naik sebelumnya dengan kenaikan menuju 7.058.

"Level support IHSG berada di 6.954, 6.930, 6.900 and 6.855, sementara level resistennya di 7.058, 7.075 dan 7.118," ujar Ivan dalam riset Jumat, (22/9/2023).

Di sisi lain, Head of Research Phintraco Sekuritas Valdy Kurniawan mengatakan IHSG sempat menutup gap ke 6.980 pada Kamis, (22/9/2023). Dengan sentimen negatif dari pelemahan mayoritas indeks global, IHSG berakhir terkoreksi 0,29 persen ke 6.991 kemarin.

"IHSG diperkirakan kembali terkoreksi, uji pivot area di 6.750-6.780 pada perdagangan hari ini," ujar Valdy dalam riset Jumat, (22/9/2023).

Adapun, level support IHSG pada hari ini berada di 6.950, sedangkan level pivot di 7.000 dan level resisten 7.050. Valdy mengatakan, IHSG tertekan oleh koreksi saham-saham bank menyusul keputusan suku bunga The Fed dan penyataan Kepala The Fed, Jerome Powell.

Kendati demikian, tekanan pada saham-saham bank diredam oleh keputusan BI untuk menahan suku bunga acuan di 5,75 persen dan kenaikan pertumbuhan kredit SPI sebesar 9,06 persen year-on-year (yoy) pada Agustus 2023, dibanding 8,54 persen yoy pada Juli 2023. Saham-saham bank kemungkinan masih sideways atau fluktuatif hari ini.

Beralih ke sentimen global, indeks-indeks Wall Street melemah kemarin, Kamis (21/9/2023) sejalan dengan kenaikan US Treasury Yield. US 2-year Treasury Yield sempat menyentuh 5,20 persen, level tertinggi sejak 2006, sementara US 10-year Treasury Yield naik ke 4,49 persen, level tertinggi sejak 2007.

Kondisi tersebut dipicu oleh realisasi initial jobless claims di 201.000 pada pekan lalu dibanding 225.000 di pekan sebelumnya. Kondisi ini memperkuat keyakinan satu kali lagi kenaikan suku bunga The Fed Rate pada sisa 2023.

Sentimen negatif lain berasal dari kekhawatiran pasar terhadap potensi govenrnment shutdown setelah House Republican Leaders menyatakan bahwa dewan memasuki masa reses. Hal ini memicu kekhawatiran bahwa kesepakatan government funding tidak tercapai sebelum batas waktu pada akhir September 2023. (Daffa Naufal Ramadhan)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Redaksi
Editor : Pandu Gumilar
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper