Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IHSG Menanjaki Level 7.000, Saham TLKM, META, dan MEDC Diburu Investor

Adapun saham TLKM, MEDC, dan META telah diburu oleh investor sejak pembukaan IHSG pada pagi ini.
Pegawai beraktivitas di dekat layar yang menampilkan data saham di PT Bursa Efek Indonesia di Jakarta, Rabu (2/8/2023). Bisnis/Himawan L Nugraha
Pegawai beraktivitas di dekat layar yang menampilkan data saham di PT Bursa Efek Indonesia di Jakarta, Rabu (2/8/2023). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak sideways pada saat pembukaan pukul 09.06 WIB dengan penguatan tipis 0,02 persen ke 6.992. Adapun saham TLKM, MEDC, dan META telah diburu oleh investor sejak pembukaan pasar.

Padahal indeks komposit sempat kembali menyentuh level 7.001 sebelum akhirnya bergerak melandai. Pergerakan pagi ini ditopang oleh 198 saham yang menguat, dengan 154 saham yang melemah dan 217 diantaranya tidak bergerak alias stagnan. 

Dalam pembukaan hari ini, investor mentransaksikan 1,3 triliun saham atau setara dengan Rp804 miliar. Adapun frekuensi perdagangan mencapai 90.145 kali. 

Pergerakan IHSG yang sideways pagi ini telah diperkirakan sebelumnya oleh kalangan analis. Analis Binaartha Sekuritas Ivan Rosanova mengatakan apabila hari ini IHSG tidak jatuh di bawah 6.930, maka diperkirakan akan melanjutkan tren naik sebelumnya dengan kenaikan menuju 7.058.

"Level support IHSG berada di 6.954, 6.930, 6.900 and 6.855, sementara level resistennya di 7.058, 7.075 dan 7.118," ujar Ivan dalam riset Jumat, (22/9/2023).

Di sisi lain, Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta menilai bahwa nada hawkish The Fed yang berencana untuk sekali lagi menaikkan suku bunga acuannya tidak terlalu berdampak signifikan terhadap pergerakan IHSG.

Menurutnya, sentimen dari sinyal hawkish The Fed hanya akan berlaku temporer. Sebab secara historis, Nafan menyebut bahwa indeks komposit biasanya akan mengalami rebound pada kuartal IV tahun berjalan. Nafan mengatakan, cenderung tertekannya IHSG pada September membuat para pelaku pasar memanfaatkan kondisi itu untuk mengakumulasi saham yang harganya terdiskon atau buy on weakness.

"Biasanya di September itu akan ada waktu di mana pelaku pasar memulai akumulasi beli saham atau buy on weakness, jadi nanti ke depannya IHSG berpotensi untuk mengalami rebound," ujarnya, Jumat (22/9/2023).

Di sisi lain, keputusan Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) untuk menahan suku bunga acuan di level 5,75 persen pada September 2023 diprediksi menjadi sentimen positif lain bagi pergerakan IHSG di tengah goncangan sinyal hawkish The Fed. Keputusan untuk menahan suku bunga di level yang sama selama delapan bulan berturut-turut itu dinilai dapat berdampak baik bagi IHSG untuk terus bergerak atraktif ke depannya.

"Sambil ke depannya BI juga menjaga stabilitas rupiah maka IHSG masih berpeluang untuk bergerak menanjak di tengah sinyal kencang hawkish The Fed," sambungnya.

Sementara itu, Head of Research Phintraco Sekuritas Valdy Kurniawan mengatakan IHSG sempat menutup gap ke 6.980 pada Kamis, (22/9/2023). Dengan sentimen negatif dari pelemahan mayoritas indeks global, IHSG berakhir terkoreksi 0,29 persen ke 6.991 kemarin.

"IHSG diperkirakan kembali terkoreksi, uji pivot area di 6.750-6.780 pada perdagangan hari ini," ujar Valdy dalam riset Jumat, (22/9/2023).

Adapun, level support IHSG pada hari ini berada di 6.950, sedangkan level pivot di 7.000 dan level resisten 7.050. Valdy mengatakan, IHSG tertekan oleh koreksi saham-saham bank menyusul keputusan suku bunga The Fed dan penyataan Kepala The Fed, Jerome Powell. 

Kendati demikian, tekanan pada saham-saham bank diredam oleh keputusan BI untuk menahan suku bunga acuan di 5,75 persen dan kenaikan pertumbuhan kredit SPI sebesar 9,06 persen year-on-year (yoy) pada Agustus 2023, dibanding 8,54 persen yoy pada Juli 2023. Saham-saham bank kemungkinan masih sideways atau fluktuatif hari ini.

Beralih ke sentimen global, indeks-indeks Wall Street melemah kemarin, Kamis (21/9) sejalan dengan kenaikan US Treasury Yield. US 2-year Treasury Yield sempat menyentuh 5,20 persen, level tertinggi sejak 2006, sementara US 10-year Treasury Yield naik ke 4,49 persen, level tertinggi sejak 2007.

Kondisi tersebut dipicu oleh realisasi initial jobless claims di 201.000 pada pekan lalu dibanding 225.000 di pekan sebelumnya. Kondisi ini memperkuat keyakinan satu kali lagi kenaikan suku bunga The Fed Rate pada sisa 2023.

Sentimen negatif lain berasal dari kekhawatiran pasar terhadap potensi govenrnment shutdown setelah House Republican Leaders menyatakan bahwa dewan memasuki masa reses. Hal ini memicu kekhawatiran bahwa kesepakatan government funding tidak tercapai sebelum batas waktu pada akhir September 2023. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rizqi Rajendra
Editor : Pandu Gumilar
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper