Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Wall Street Bervariasi, Investor Cerna Data Inflasi AS dan Suku Bunga The Fed

Wall Street dipengaruhi penurunan klaim pengangguran mingguan AS menambah kekhawatiran mengenai suku bunga The Fed dan inflasi yang tinggi.
Karyawan berada di Bursa Efek New York (NYSE) di New York, AS, Senin (27/6/2022). Bloomberg/Michael Nagle
Karyawan berada di Bursa Efek New York (NYSE) di New York, AS, Senin (27/6/2022). Bloomberg/Michael Nagle

Bisnis.com, JAKARTA - Wall Street beragam pada penutupan perdagangan Kamis (7/9/2023) karena penurunan klaim pengangguran mingguan AS menambah kekhawatiran mengenai suku bunga The Fed dan inflasi yang tinggi.

Indeks Dow Jones Industrial Average terangkat 57,54 poin atau 0,17 persen menjadi 34.500,73 poin, mengutip Antara. Indeks S&P 500 kehilangan 14,34 poin atau 0,32 persen menjadi 4.451,14 poin. Indeks Komposit Nasdaq terperosok 123,64 poin atau 0,89 persen menjadi 13.748,83 poin.

Saham perusahaan jumbo S&P Apple Inc merosot 2,9 persen, untuk kerugian hari kedua berturut-turut di tengah berita bahwa China telah memperluas pembatasan penggunaan iPhone oleh pegawai negeri, yang mengharuskan staf di beberapa lembaga pemerintah pusat untuk berhenti menggunakan ponsel mereka di tempat kerja.

Bloomberg melaporkan bahwa China berencana memperluas larangan iPhone ke perusahaan dan lembaga negara.

Hambatan dari Apple, pemasoknya, dan perusahaan-perusahaan dengan eksposur besar ke China mendorong sektor teknologi S&P 500 turun 1,6 persen, menjadikannya sektor dengan persentase penurunan terbesar di antara 11 sektor utama yang dijadikan acuan.

Dow mengungguli S&P dan Nasdaq karena Apple memiliki bobot yang lebih rendah dalam indeks cyclicals-heavy, yang merupakan bobot harga dibandingkan dengan S&P 500 yang bobot kapitalisasi pasarnya, di mana Apple adalah salah satu bobot terbesar.

Sektor utilitas yang defensif adalah yang memperoleh keuntungan terbesar di antara sektor-sektor S&P 500, terangkat 1,3 persen, yang menurut Fehr dari Edward Jones sebagai tanda lain dari suasana penghindaran risiko pasar.

Indeks semikonduktor Philadelphia turun 1,98 persen, sementara saham pemasok Apple termasuk Skyworks Solutions, Qualcomm dan Qorvo semuanya anjalok lebih dari 7,0 persen.

Laporan Departemen Tenaga Kerja AS menunjukkan jumlah orang Amerika yang mengajukan klaim pengangguran turun menjadi 216.000 untuk pekan yang berakhir 2 September, mencapai level terendah sejak Februari. Namun investor khawatir hal ini akan membantu mendorong Federal Reserve untuk melanjutkan kebijakan moneter ketat, sehingga menekan saham.

"Klaim mingguan adalah berita besar pagi ini, kabar baik ditafsirkan sebagai berita buruk dan sulit untuk mengabaikan berita dari China tentang Apple," kata Sahak Manuelian, direktur pelaksana dan kepala perdagangan ekuitas di Wedbush Securities.

Investor juga dengan hati-hati mengantisipasi angka inflasi Agustus, yang akan dirilis seminggu lagi.

Salah satu penyebabnya adalah kenaikan tajam harga minyak baru-baru ini, Manuelian menunjukkan adanya "kekhawatiran di kalangan investor bahwa inflasi mungkin akan mulai meningkat lagi, dan hal ini bukanlah hal yang gila."

Taruhan pada The Fed untuk mempertahankan suku bunga tidak berubah pada September mencapai 93 persen, namun peluang untuk jeda lagi dalam pertemuan November jauh lebih rendah yaitu sebesar 53,5 persen, menurut FedWatch Tool dari CME Group.

Beberapa menit sebelum penutupan, Presiden Fed New York John Williams mengatakan masih menjadi pertanyaan terbuka apakah kebijakan moneter cukup ketat untuk membawa perekonomian kembali ke keseimbangan.

“Kita punya kebijakan yang bagus, tapi kita harus terus bergantung pada data,” katanya, merujuk pada rilis data mendatang yang akan dirilis sebelum pertemuan The Fed September.

Rick Meckler, partner di Cherry Lane Investments, mengatakan berita dari China memfokuskan kembali investor pada gagasan bahwa hubungan antara AS dan China merupakan risiko besar terhadap harga ekuitas saat ini, khususnya di bidang teknologi.

Hal yang juga melemahkan sentimen terhadap negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia itu adalah data yang menunjukkan ekspor dan impor China turun pada Agustus.

Saham perusahaan China yang tercatat di AS, PDD Holdings, JD.com dan Alibaba jatuh lebih dari 4,0 persen, sementara Baidu kehilangan 3,4 persen.

Yang juga membantu menjaga Dow tetap bertahan adalah kenaikan 1,0 persen pada saham McDonald's setelah Wells Fargo meningkatkan peringkat sahamnya menjadi "overweight".

Perusahaan perangkat lunak otomasi UiPath melonjak 11,5 persen karena perkiraan pendapatan tahunan yang optimis.

Di bursa AS, terdapat 9,76 miliar saham berpindah tangan dibandingkan dengan rata-rata pergerakan 10,10 miliar dalam 20 sesi terakhir.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Editor : Hafiyyan
Sumber : Antara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper