Bisnis.com, JAKARTA – Total utang obligasi dari tiga emiten BUMN Karya yakni PT Waskita Karya (Persero) Tbk. (WSKT), PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. (WIKA), dan PT Adhi Karya (Persero) Tbk. (ADHI) mencapai Rp1,56 triliun dengan masa jatuh tempo pada 2023.
Berdasarkan laporan keuangan masing-masing perusahaan, jumlah tersebut berasal dari utang obligasi WSKT yang mencapai Rp941,75 miliar, diikuti WIKA dengan utang sebesar Rp331 miliar, dan ADHI memiliki utang obligasi senilai Rp289,6 miliar.
Perinciannya, Obligasi Berkelanjutan III Waskita Karya Tahap III Tahun 2018 Seri B mencapai Rp941,75 miliar dengan masa jatuh tempo pada 28 September 2023. Obligasi ini memiliki tingkat bunga 9,75 persen per tahun, sehingga nilai bunga pembayaran senilai Rp91,82 miliar.
Selanjutnya, Obligasi Berkelanjutan I Wijaya Karya Tahap I Tahun 2020 Seri A memiliki nilai pokok sebesar Rp331 miliar dengan tingkat bunga 8,60 persen per tahun. Pembayaran obligasi tersebut akan jatuh tempo pada 18 Desember 2023.
Adapun Obligasi Berkelanjutan III Adhi Karya Tahap I 2020 akan jatuh tempo pada 18 November 2023. Obligasi ini tercatat mempunyai nilai pokok Rp289,6 miliar dengan jangka waktu tiga tahun, dan suku bunga tetap 9,75 persen dengan pembayaran tiap kuartal.
WSKT sebelumnya diketahui tidak mampu membayar bunga dan pokok obligasi Berkelanjutan IV yang telah jatuh tempo pada 6 Agustus 2023. Adapun jumlah pokok yang harus dibayarkan oleh perseroan mencapai Rp135 miliar.
Baca Juga
“Waskita tidak dapat melakukan penyetoran dana kepada KSEI sebagai agen pembayaran sehubungan dengan pembayaran bunga ke-12 dan pelunasan pokok atas Obligasi Berkelanjutan IV Waskita Karya Tahap I Tahun 2020 yang akan jatuh pada tanggal 6 Agustus 2023,” kata manajemen dalam keterbukaan informasi dikutip Kamis (10/8/2023). ‘
Di sisi lain, terkait dengan utang obligasi tersebut, Sekretaris Perusahaan WIKA Mahendra Vijaya mengatakan perseroan telah menggenggam kontrak baru Rp11,47 triliun per Juni 2023. Capaian itu pun telah berkontribusi pada peningkatan order book menjadi Rp57,29 triliun.
“Kontrak ini menjadi modal penting bagi WIKA untuk dapat melaksanakan produksi di tahun-tahun mendatang dan mendatangkan arus kas masuk bagi perseroan,” ujar Mahendra saat dihubungi Bisnis pada pekan lalu.
Dia menuturkan sebagian besar proyek pada order book atau total kontrak dalam pengerjaan disumbangkan dari segmen infrastruktur dan bangunan gedung, disusul oleh EPCC (engineering, procurement, construction and commissioning), serta industri.