Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Ditutup Melemah ke Rp15.217, Dolar AS Perkasa

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ditutup melemah ke level Rp15.217 pada perdagangan hari ini, Selasa (8/8/2023), sementara indeks dolar naik 0,32 persen.
Ilustrasi utang pemerintah Indonesia dalam mata uang rupiah dan dolar AS. JIBI/Himawan L Nugraha. rn
Ilustrasi utang pemerintah Indonesia dalam mata uang rupiah dan dolar AS. JIBI/Himawan L Nugraha. rn

Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat ditutup melemah ke level Rp15.217 pada perdagangan hari ini, Selasa (8/8/2023). Sementara itu mata uang di kawasan Asia lainnya bergerak bervariatif.

Mengutip data Bloomberg pukul 15.00 WIB, rupiah ditutup turun 0,21 persen atau 32,5 poin ke Rp15.217,5 per dolar AS. Hal tersebut terjadi di tengah penguatan indeks dolar AS sebesar 0,32 persen ke 102,37.

Bersama dengan rupiah, mayoritas mata uang Asia lainnya juga melemah seperti yen Jepang turun 0,44 persen, dolar Singapura turun 0,34 persen, won Korea Selatan yang turun 0,80 persen, kemudian peso Filipina melemah 0,41 persen, dan rupee India melemah 0,06 persen.

Mata uang Asia lain yang juga melemah adalah yuan China turun 0,26 persen, ringgit Malaysia turun 0,46 persen, dan baht Thailand melemah 0,42 persen.

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi dalam risetnya menuturkan posisi dolar dan obligasi meningkat selama sepekan terakhir, dengan greenback mengantisipasi pembacaan indeks harga konsumen Kamis ini.

"Pembacaan ini diekspektasi akan menunjukkan beberapa tanda inflasi yang sulit diatasi," kata Ibrahim dalam risetnya, Selasa (8/8/2023).

Dia melanjutkan, komentar dari The Fed juga menawarkan pandangan yang beragam mengenai kenaikan suku bunga di masa depan. Gubernur Fed Michelle Cowman mengatakan diperlukan lebih banyak kenaikan suku bunga untuk mendekatkan inflasi ke kisaran target tahunan The Fed.

Meskipun inflasi telah mereda secara substansial tahun ini, tetapi masih tetap jauh di atas target The Fed. Inflasi inti juga sebagian besar tetap sulit diatasi.

Di sisi lain, Presiden The Fed New York John Williams menuturkan keyakinan jika ekonomi AS bergerak maju dengan inflasi yang lebih rendah, dan The Fed yang hampir mencapai tingkat suku bunga puncak untuk siklus ini.

"Komentar mereka muncul menjelang data Indeks Harga Konsumen yang akan dirilis pada hari Kamis, yang mungkin menunjukkan tanda-tanda kenaikan, menurut jajak pendapat Reuters. Tanda-tanda persisten inflasi di AS memberikan lebih banyak ruang bagi Fed untuk terus meningkatkan suku bunga," ujar Ibrahim.

Sementara itu, dari dalam negeri sentimen datang dari ketegangan antara Polandia dan Belarusia yang kian memanas, setelah insiden pelanggaran ruang udara oleh dua helikopter Belarusia dan tentara bayaran Wagner.

Meskipun Indonesia tidak terkena langsung dampaknya, tetapi Pemerintah Indonesia diminta terus waspada dan terus memperkuat fundamental ekonominya untuk mengantisipasi tekanan dari eksternal yang masih diselimuti ketidakpastian.

Menurutnya, penting bagi pemerintah untuk memperkuat fundamental ekonomi, salah satunya yaitu dengan mengoptimalkan potensi Sumber Daya Alam dalam negeri dengan hilirisasi.

Adapun untuk perdagangan besok, Ibrahim memperkirakan mata uang rupiah bergerak berfluktuatif, tetapi ditutup melemah di rentang Rp15.190-Rp15.260.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper