Bisnis.com, JAKARTA — Induk usaha fintech Akseleran, yakni PT Akselerasi Usaha Indonesia Tbk. (AKSL) memproyeksikan bisa membukukan laba hingga Rp165 miliar pada 2024. Adapun AKSL kemungkinan akan membagikan dividen pada 2025.
Direktur Utama AKSL Ivan Nikolas Tambunan mengatakan meski mengalami kerugian selama 3 tahun beruntun, pihaknya masih pencatatan pertumbuhan pendapatan. Kerugian pun disebabkan oleh tingginya operational expenditure.
“Kalau kita bisa increase revenue sekitar 30 persen tanpa peningkatan opex kan kita sudah positif. Makanya kita yakin sekali kuartal IV/2023 sudah positif,” ujar Ivan usai paparan publik di Jakarta, Senin (3/7/2023).
Dia melanjutkan aksi penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO) akan mentransformasi kinerja penyaluran pinjaman dan juga kinerja keuangan AKSL. Terlebih lagi AKSL akan menggunakan Rp236,5 miliar dari dana IPO untuk melakukan ekspansi usaha multifinance.
AKSL berencana menggunakan dana IPO sebesar Rp36,5 miliar untuk mengakuisisi hingga 99 persen saham PT Pratama Interdana Finance (PIF) yang juga merupakan perusahaan pembiayaan atau multifinance.
Kemudian sekitar Rp200 miliar akan digunakan untuk meningkatkan modal kerja dari PT Pratama Interdana Finance. Sementara sisanya akan digunakan untuk kegiatan bisnis utama dan pengembangan bisnis AKSL.
Baca Juga
“Target kita sekitar Agustus-September sampai end off Oktober [akuisisi]. Kami masih butuh persetujuan OJK,” tuturnya.
Dengan upaya akuisisi tersebut, AKSL memproyeksikan bisa meraup laba sekitar Rp150 miliar sampai Rp165 miliar pada 2024. Laba tersebut dinilai dapat menutup rugi berjalan secara kumulatif sehingga dapat membagikan dividen pada 2025.
AKSL juga memasang target dapat menyalurkan pinjaman sekitar Rp10 triliun sampai Rp12 triliun pada 2024 seiring adanya integrasi bisnis multifinance. Ivan pun berharap integrasi tersebut dapat segera terlaksana.
“Kalau ada untung walau kita akan prioritaskan untuk pengembangan bisnis perlu juga ada dividen dan dividen payout ratio 40 persen kita pandang masih wajar,” jelasnya.
AKSL tercatat masih mengalami rugi Rp22,47 miliar hingga akhir 2022. Rugi ini menurun dari tahun 2021 sebesar Rp30,39 miliar. Jika ditarik lebih panjang, yakni dalam lima tahun terakhir rugi AKSL mencapai Rp54,71 pada 2020, Rp37,01 miliar pada 2019, dan Rp10,09 pada 2018.
Kerugian juga dicatatkan secara operasi yakni dalam lima tahun terakhir secara berurutan mencapai minus 31,6 persen pada 2022, minus 76,7 persen pada 2021, minus 299,4 persen pada 2020, minus 413,8 persen pada 2019, dan minus 385,3 persen pada 2018.