Bisnis.com, JAKARTA - Nilai tukar rupiah ditutup menguat menjelang libur panjang Iduladha, di tengah pelemahan indeks dolar AS.
Mengutip data Bloomberg, Selasa (27/6/2023), rupiah ditutup menguat 28,50 poin atau 0,19 persen ke Rp14.993. Sementara itu, indeks dolar AS melemah 0,11 persen ke 102,58.
Bersama dengan rupiah, sejumlah mata uang di Asia juga menguat seperti dolar Taiwan menguat 0,05 persen, won Korea Selatan menguat 0,43 persen, peso Filipina menguat 0,68 persen, rupee India menguat 0,03 persen.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan dolar AS melemah terhadap mata uang lainnya, tetapi kerugiannya kecil karena ketegangan di Rusia tetap tinggi, sementara para investor menunggu rilis data ekonomi yang dapat menentukan waktu kenaikan suku bunga Federal Reserve di masa depan.
Presiden Rusia Vladimir Putin berpidato di televisi pada Senin malam, menyatakan bahwa dia sengaja membiarkan pemberontakan jangka pendek pada akhir pekan lalu oleh kelompok tentara bayaran Wagner untuk menghindari pertumpahan darah.
Selain peristiwa di Rusia, sentimen tetap tertekan oleh kekhawatiran atas inflasi dan potensi bank sentral, dan Federal Reserve khususnya, untuk mempertahankan suku bunga lebih tinggi untuk waktu yang lebih lama.
Baca Juga
"Indeks inflasi pilihan Federal Reserve, indeks PCE inti, akan dirilis pada hari Jumat, dan dapat menjadi masukan data penting karena Fed menuju pertemuan kebijakan berikutnya pada bulan Juli," kata Ibrahim dalam riset, Selasa (27/6/2023).
Selain itu, pemimpin China mengatakan kepada delegasi di Forum Ekonomi Dunia di Tianjin pada Selasa pagi bahwa pertumbuhan ekonomi negaranya pada kuartal kedua akan lebih tinggi dari yang pertama dan diperkirakan akan mencapai target pertumbuhan ekonomi tahunan sekitar 5 persen.
Sementara itu, dari sisi internal, Pemerintah Indonesia mengimbau untuk mewaspadai situasi global di negara-negara maju pada semester II/2023, yang diperkirakan akan mengalami pelemahan ekonomi akibat kenaikan suku bunga acuan yang agresif dalam memerangi inflasi.
Harga pangan yang masih mengalami gejolak dan ketidakpastian menimbulkan dampak terhadap pemulihan dan pelemahan ekonomi dunia. Di satu sisi, lonjakan harga pangan juga menyebabkan inflasi semakin tinggi.
Inflasi merupakan salah satu dampak dari munculnya ketidakpastian, disrupsi, perang geopolitik, maupun komoditas yang mengalami lonjakan dan volatilitas. Inflasi masih pada level yang tinggi meskipun ada tren penurunan.
Sementara itu, inflasi di Indonesia masih dalam posisi yang trennya sesuai dengan proyeksi, yaitu penurunan terutama disumbangkan oleh inflasi volatile food yang mengalami penurunan cukup tajam sebesar 3,3 persen dan inflasi inti ke 2,7 persen.
"Sehingga, dampak pelambatan ekonomi global tidak terlalu berdampak terhadap perekonomian Indonesia sehingga mata uang rupiah masih sesuai dengan fundamentalnya," kata Ibraihim.
Untuk perdagangan Senin pekan depan, Ibrahim memperkirakan mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup menguat di rentang Rp14.970 - Rp15.030 per dolar AS.