Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekonom: Redenominasi Rupiah Tak Tepat Dilakukan Tahun Ini

Redenominasi rupiah dinilai ekonom belum bisa dilaksanakan tahun ini karena pasar global masih diliputi ketidakpastian.
Redenominasi rupiah dinilai ekonom belum bisa dilaksanakan tahun ini karena pasar global masih diliputi ketidakpastian. Bisnis/Himawan L Nugraha
Redenominasi rupiah dinilai ekonom belum bisa dilaksanakan tahun ini karena pasar global masih diliputi ketidakpastian. Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA - Bank Indonesia (BI) tengah bersiap untuk melaksanakan redenominasi rupiah, yang wacananya yang sudah digaungkan sejak 2010. Namun, Langkah ini dinilai ekonom belum tepat dilakukan tahun ini karena pasar global masih diliputi ketidakpastian.

Ekonom Mirae Asset Sekuritas Rully Wisnubroto mengatakan redenominasi rupiah adalah langkah yang cukup positif, meski secara riil tidak akan berdampak kepada nilai tukar. 

"Sebetulnya hal ini lebih merupakan langkah simbolik saja, untuk meningkatkan kepercayaan, terutama masyarakat Indonesia bahwa nilai tukar rupiah tidak dinilai sangat lemah," katanya kepada Bisnis, Senin (26/6/2023). 

Secara teori, kata Rully, proses penyederhanaan penyebutan mata uang rupiah itu tidak akan berdampak besar terhadap transaksi rupiah, dan tidak akan berdampak kepada volatilitas nilai tukar.

Adapun, digit yang saat ini terlalu besar yang dimiliki rupiah disebabkan oleh inflasi tinggi yang dialami oleh Indonesia pasca-krisis moneter pada 1998 silam, sampai dengan sekitar tahun 2013-2014, di mana inflasi Indonesia masih di kisaran 8 persen.

"Menurut saya saat ini sebenarnya cukup baik untuk melakukan redemoninasi ketika inflasi stabil, namun harus dipastikan juga rupiah stabil," ujarnya. 

Namun, mengingat kondisi pasar masih tinggi ketidakpastian, terutama dari The Fed yang masih memberikan sinyal akan menaikkan suku bunga, Rully menilai redenominasi rupiah masih harus menunggu sampai 2024 mendatang. 

"Harapannya tahun depan inflasi akan lebih rendah, rupiah juga mengalami apresiasi, dan kondisi politik pasca-pilpres juga kondusif," imbuhnya. 

Bank Indonesia (BI) sendiri diketahui telah mulai melakukan pengkajian terkait penyederhaan dan penyetaraan nilai rupiah sejak 2010, yang kala itu posisi Gubernur BI masih dijabat oleh Darmin Nasution. 

Adapun, Gubernur BI Perry Warjiyo mengaku Indonesia telah melakukan sederet persiapan untuk menghilangkan tiga nol dalam rupiah saat ini, yaitu dari Rp1.000 menjadi Rp1. 

“Jadi, redenominasi sudah kami siapkan dari dulu, mulai dari masalah desain dan tahapan-tahapannya. Itu sudah kami siapkan dari dulu secara operasional dan bagaimana tahapan-tahapannya,” kata Perry dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI, Kamis (22/6/2023).  

Persiapan yang dilakukan pertama, memastikan kondisi makro ekonomi Indonesia harus dalam situasi baik. Kedua, stabilitas moneter dan sistem keuangan di dalam negeri terjaga. 

Ketiga, redenominasi akan diterapkan bila situasi sosial-politik nasional yang kondusif. Menurutnya, ekonomi Indonesia saat ini berada dalam kondisi yang bagus. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Mutiara Nabila
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper