Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Investor Kesulitan Temukan Obligasi Mercy Harga Bajaj di Tengah Premi Risiko Ketat

Investor kesulitan menemukan obligasi dengan valuasi menarik karena pasar surat utang global ketat. Spread obligasi rendah, memaksa risiko tinggi untuk imbal hasil kecil.
Ilustrasi karyawan mencari informasi terkait Obligasi Negara Ritel (ORI) di Jakarta. Bisnis/Nurul Hidayat
Ilustrasi karyawan mencari informasi terkait Obligasi Negara Ritel (ORI) di Jakarta. Bisnis/Nurul Hidayat
Ringkasan Berita
  • Pasar surat utang global mengalami kondisi terketat dalam satu generasi, membuat investor kesulitan menemukan obligasi dengan valuasi menarik.
  • Harga utang korporasi berperingkat tinggi mencapai level mahal, dengan selisih spread obligasi individual dan rata-rata indeks pada titik terendah sejak 2009.
  • Investor menghadapi risiko lebih besar untuk imbal hasil tipis, sementara kondisi ekonomi AS yang melambat menambah kehati-hatian di pasar.

* Ringkasan ini dibantu dengan menggunakan AI

Bisnis.com, JAKARTA – Pasar surat utang global menghadapi kondisi terketat dalam satu generasi, membuat investor kesulitan menemukan obligasi perusahaan dengan valuasi menarik alias surat utang mercy harga bajaj.

Bloomberg melaporkan reli berkepanjangan telah mendorong harga hampir semua utang korporasi berperingkat tinggi ke level mahal, dengan selisih antara spread obligasi individual dan rata-rata indeks berada pada titik terendah sejak 2009.

Disebutkan, pada obligasi berperingkat rendah atau obligasi sampah, variabilitas spread berada di titik terendah sejak sebelum pandemi Covid-19. Kondisi ini memaksa investor menanggung risiko lebih besar untuk tambahan imbal hasil yang tipis.

“Tidak mudah menemukan cara untuk mendapatkan imbal hasil lebih tinggi tanpa menimbulkan risiko berbeda,” ujar April LaRusse, kepala spesialis investasi Insight Investment dikutip Minggu (10/8/2025).

Ia menilai pertumbuhan indeks kredit dan reksa dana berjangka tetap telah meratakan perbedaan imbal hasil obligasi, sehingga peluang penawaran menarik semakin langka.

Arus dana besar ke obligasi korporasi juga memperketat selisih imbal hasil dibandingkan obligasi pemerintah. Rata-rata premi risiko obligasi global berperingkat tinggi tercatat 82 basis poin pada Kamis (7/8), mendekati level terendah sejak sebelum krisis keuangan global. Di segmen obligasi sampah, selisihnya hanya sekitar seperempat poin persentase dari rekor terendah pasca-krisis.

Kondisi ekonomi AS yang melambat turut menjadi faktor kehati-hatian. Data ketenagakerjaan menunjukkan penurunan tajam dalam tiga bulan terakhir, sementara survei manajer pembelian terbaru mengindikasikan kekhawatiran perlambatan ekonomi menggantikan inflasi sebagai risiko utama.

Andrew Chorlton, kepala investasi pendapatan tetap M&G Investments, mengungkapkan pihaknya meningkatkan porsi aset defensif seperti kas, obligasi pemerintah, obligasi dijamin, dan surat berharga berperingkat AAA, ketimbang memperbesar eksposur di pasar obligasi korporasi.

Tantangan serupa disampaikan Al Cattermole, manajer portofolio pendapatan tetap di Mirabaud Asset Management. “Saya tidak ingin menambahkan CCC yang diperdagangkan seperti B. Itulah dilema kami saat ini,” katanya, merujuk pada perbedaan tipis imbal hasil antar peringkat obligasi berisiko tinggi.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Anggara Pernando
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro